TEMPO.CO, Jakarta - Masa kepemimpinan Castro di Kuba segera berakhir setelah Raul Castro, adik mendiang Fidel Castro, berjanji mundur dari jabatannya sebagai presiden pada 19 April 2018. Janji itu dia sampaikan di hadapan Majelis Nasional di Havana pada Kamis, 21 Desember 2017.
"Saat Majelis Nasional terbentuk, saya akan merampungkan mandat kedua dan terakhir saya, serta Kuba akan memiliki presiden baru," kata Raul Castro pada Kamis, seperti dikutip dari Reuters.
Baca: Hormati Castro, Palestina Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Setelah Raul Castro resmi mundur, Kuba selanjutnya akan memilih presiden baru dari generasi muda negara komunis itu. Sejauh ini belum ada nama calon yang kuat dijagokan untuk memimpin Kuba di masa transisi ini.
Raul Castro, 86 tahun, memimpin Kuba sejak 2006 setelah abangnya, Fidel Castro, menderita sakit hingga meninggal. Ia resmi sebagai presiden pada 2008. Fidel Castro meninggal pada 25 November 2016 di usia 90 tahun.
Baca: Wasiat Fidel Castro: Namanya Tak Boleh Jadi Nama Jalan
Dua kakak beradik ini merupakan pemimpin revolusi Kuba tahun 1959. Dengan mundurnya Raul Castro pada April nanti, Kuba untuk pertama kali dalam kurun waktu 60 tahun tidak lagi dipimpin oleh duo Castro.
Sekalipun mundur sebagai presiden, Raul Castro tetap menjabat sebagai pemimpin Partai Komunis Kuba selama dua tahun.
Baca: Presiden Kuba Raul Castro Desak Obama Cabut Embargo
"Semua yang tersisa untuk saya adalah harapan saya kepada Anda dan rakyat kita, selamat tahun baru," ujar Raul Castro.
Majelis Nasional menyatakan proses pemilihan presiden baru Kuba menggantikan Raul Castro mundur dua bulan gara-gara badai Irma pada September lalu.