TEMPO.CO, Bethlehem -- Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengakui status Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel berdampak langsung pada suasana menjelang perayaan Natal di Kota Bethlehem.
Para penjual berbagai kebutuhan liburan dan Natal di kota ini mengatakan penjualan mereka menurun akibat berbagai aksi protes atas keputusan Trump soal status Kota Yerusalem.
Baca: Kamis, PBB Gelar Sidang Istimewa Bahas Status Kota Yerusalem
Suasana protes ini juga terlihat di Kota Bethlehem dalam bentuk pemasangan spanduk berisi pernyataan Kota Yerusalem merupakan milik bangsa Palestina. Spanduk ini dipasang di Manger Square sebagai latar dari siaran televisi bertema Natal, yang disiarkan secara global.
Sejumlah pengunjung berdoa disebuah Gereja di Bethlehem, Tepi Barat, 19 Desember 2017. REUTERS/Ammar Awad
Baca: AS Veto Draf Resolusi DK PBB Soal Status Yerusalem, Kenapa?
Para pedagang suvenir di Manger Square, yang bersebelahan dengan Church of the Nativity atau kelahiran Yesus, mengeluhkan turunnya penjualan mereka. Mereka berjualan suvenir dari kayu tapi pembeli belum juga ada hingga sore.
Ini juga dialami pedagang jus buah, Mahmoud Salahat, yang mengatakan,"Para warga Palestina berkewarganegaraan Israel kebanyakan menjauh dari Bethlehem selama dua pekan terakhir karena khawatir terkena maasalah di jalan-jalan, yang kerap menjadi arena unjuk rasa.
Hotel Jacir Palace, yang merupakan hotel mewah dengan 250 kamar di Bethlehem, juga mengalami langsung dampak konflik antara warga Palestina dan pasukan Israel, yang kembali muncul dua pekan terakhir pasca keputusan Trump.
Manajer Umum Hotel Jacir Palace, Marwan Kittani, mengatakan hotel ini telah penuh dipesan untuk perayaan Natal tapi sekarang kesulitan untuk buka. "Saya harus mengecek apakah hotel bisa buka dari hari ke hari," kata dia.
Musim liburan Natal menjadi magnet kedatangan turis di wilayah Palestina, dengan 2,7 juta pengunjung pada 2017 atau naik sekitar 400 ribu dibandingkan tahun lalu. Pejabat Kementerian Wisata Palestina, Jiries Qumsieh, mengatakan ada 4000 hotel di wilayah Palestina dengan 90 persen dipesan untuk perayaan Natal.
Kultur di Palestina, yang mayoritas Muslim, cenderung berhubungan dekat dengan minoritas Kristen, seperti dicontohkan pemimpin PLO, Yasser Arafat, dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Keduanya kerap mengikuti misa Natal di Church of the Nativity, yang disiarkan secara langsung.
Pada tahun ini, dua spanduk besar terpasang di Manger Square menyusul keputusan Trump soal status Kota Yerusalem. Spanduk itu bertuliskan,"Kota Yerusalem akan selalu menjadi ibu kota abadi Palestina."
Pada pekan lalu, belasan pengunjuk rasa berkumpul di Manger Square, Bethlehem, dekat pohon Natal. Mereka memegang lilin dan foto Wakil Presiden AS, Mike Pence, dan Jason Greenblatt, anggota tim Timur Tengah besutan Trump. Mereka mengatakan menyambut kedatangan utusan perdamaian dan bukan perang terkait status Kota Yerusalem. Aktivis Munther Amira, yang mengorganisasi unjuk rasa ini, mengatakan akan menyebarkan pesan perdamaian kepada para pengunjung perayaan Natal di sini.
Pence membatalkan dua kali rencana kunjungan ke Palestina dan Israel, yang rencananya dilakukan pada pekan ini. PBB juga akan menggelar Sidang Umum Istimewa pada Kamis, 21 Desember 2017 untuk membahas soal status Kota Yerusalem.
AL JAZEERA | GUARDIAN | REUTERS