TEMPO.CO, Vatikan City -- Paus Fransiskus dan Raja Abdullah mengatakan keputusan Presiden Amerika Serikat dengan mengakui status Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel berbahaya bagi proses perdamaian di Timur Tengah.
Keduanya bertemu di Vatikan dalam kunjungan Raja Abdullah ke Vatikan dan Perancis pada Selasa, 19 Desember 2017. Raja Abdullah dan Paus bertemu selama sekitar dua puluh menit.
Baca: Paus Fransiskus Ingin Ubah Doa Bapa Kami, Ini Alasannya
Menurut pernyataan dari Vatikan, seperti dilansir Reuters, Selasa, 19 Desember 2017,"Kedua tokoh membicarakan upaya mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah terutama terkait dengan Kota Yerusalem dan peran Dinasti Hashemit sebagai Penjaga Tempat Suci."
Baca: Lagi, Paus Minta Status Quo Kota Yerusalem Dihormati
Raja Abdullah merupakan pewaris dari Dinasti Hashemit, yang bertugas menjaga tempat suci Muslim di Kota Yerusalem. Ini membuat Amman sensitif terhadap perubahan status dari kota yang sedang dipersengketakan itu.
Paus Fransiskus meminta semua pihak menghormati status quo dari Kota Yerusalem sesaat setelah Trump mengumumkan keputusannya untuk mengakui kota itu sebagai ibu kota Israel. Keputusan Trump itu menimbulkan ketegangan baru di Timur Tengah, yang sedang dalam proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
Yordania menyebut keputusan Trump itu sebagai batal demi hukum karena itu sama saja dengan mengakui pendudukan Israel di bagian timur Kota Yerusalem.
Menurut Reuters, AS semakin terisolir dengan memveto draf resolusi DK PBB yang melarang perubahan status Kota Yerusalem pada Senin lalu.
Vatikan dan Yordan sama-sama mendukung solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel dan Palestina dan menyelesaikan status Kota Yerusalem lewat proses perundingan. Kedua pihak mendukung upaya negosiasi dilanjutkan.
REUTERS