TEMPO.CO, Tel Aviv -- Situasi kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, soal status Kota Yerusalem. Keputusan Trump untuk menyebut Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel mendapat kritik, kecaman hingga perlawanan termasuk di kawasan Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Sejumlah roket ditembakkan dari kawasan Jalur Gaza ke berbagai kota di Israel seperti daerah Netiv HaAsara di kawasan Hof Ashkelon. Dua roket ditembakkan ke kawasan itu dan salah satunya mengenai rumah warga. Pasukan Israel membalas dengan menyerang enam target yang dikelola faksi Palestina, Hamas, di kawasan utara Jalur Gaza pada Ahad malam, 17 Desember 2017, waktu setempat.
Baca: Trump Umumkan Yerusalem sebagai Ibukota Israel
Menurut media Jerusalem Post, pasukan Israel menyerang empat puluh titik milik Hamas selama dua pekan terakhir terkait serangan roket dari Jalur Gaza. "Hamas secara ekslusif bertanggung jawab atas situasi di Jalur Gaza. Pasukan Israel menanggapai serangan roket ke komunitas dengan sangat serius dan tidak akan membiarkan bahaya mengeni warga Israel," begitu pernyataan militer Israel.
Baca: Erdogan: Sudah Lama Mau Buka Kedutaan di Yerusalem Timur, tapi...
Meskipun tidak ada korban jiwa dan luka, Kepala Dewan Daerah Sdot Negev, Tamir Idan, mendesak pasukan Israel merespon kejadian ini. "Kami harap dan meminta pasukan merespon dengan kuat dan membuatnya jelas kepada para teroris bahwa negara Israel tidak akan mengizinkan serangan roket berlanjut terus," kata Idan. "Kami tidak ingin situasi darurat menjadi kehidupan rutin sehari-hari."
Israel mengerahkan berbagai mesin perang untuk menyerang Hamas selama dua pekan terakhir seperti pesawat tempur, helikopter tempur dan tank. Mereka menyasar sejumlah pos pengamatan, kompleks militer, depot senjata dan pabrik senjata setempat.
Secara terpisah pada Senin, Dewan Keamanan PBB membahas soal status Kota Yerusalem. 14 negara menyetujui resolusi rancangan Mesir yang melarang semua negara mengubah status Kota Yerusalem termasuk komposisi demografinya. Namun, pemerintah AS menolak draf resolusi itu dan mem-vetonya. Ini membuat isu ini akan bergulir ke Sidang Umum PBB.
Terkait isu status Kota Yerusalem, Wakil Presiden AS, Mike Pence, dikabarkan kembali membatalkan rencana kedatangannya pada pekan ini ke Mesir dan Israel. Rencananya, Pence bakal datang pada pertengahan Januari 2018.
JERUSALEM POST | REUTERS | GUARDIAN