TEMPO.CO, Yerusalem – Empat warga Palestina tewas dan ratusan warga lainnya terluka dalam bentrok dengan pasukan Israel di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza terkait dengan status Kota Yerusalem, Jumat, 15 Desember 2017.
Menteri Kesehatan Palestina mengatakan empat orang warga tewas karena tertembak pasukan Israel. Mereka berasal dari Jalur Gaza, yaitu Yaser Sukar, 23 tahun, dan Abu Tharaya, 29 tahun. Tharaya merupakan seorang penyandang disabilitas dan menggunakan kursi roda.
Baca juga:
Baca: Pence Bakal Datang ke Mesir dan Israel terkait Status Yerusalem
Dua warga lain yang tewas berasal dari Tepi Barat, yaitu Basel Mustafa Muhammad Ibrahim, 29 tahun, dan Mohammad Ameen Aqel. Ibrahim berasal dari daerah Anata yang terletak sebelah timur Yerusalem, sedangkan Aqel berasal dari kawasan al-Bireh.
Baca: Soal Yerusalem, Wiranto: Semua Negara di KTT OKI Menentang AS
“Situasi di daerah Gaza terlihat tegang menjelang akhir pekan terkait dengan peringatan Israel kepada pimpinan Hamas bahwa mereka tidak mentoleransi serangan roket dari kawasan pesisir,” begitu dilansir CNN, Jumat, 15 Desember 2017.
Menurut Brigadir Jenderal Ronen Manelis, kepada radio tentara Israel, ada 16 roket ditembakkan dari Gaza ke Israel sejak pengumuman Trump pada pekan lalu.
Manelis mengakui bahwa mayoritas roket itu tidak diluncurkan oleh Hamas, melainkan oleh faksi perlawanan yang lebih kecil. Namun, Israel tetap menganggap Hamas bertanggung jawab atas setiap tembakan roket dari Gaza.
Sekitar 2.500 warga Palestina di Tepi Barat berunjuk rasa menolak keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang diumumkan pada Rabu, pekan lalu.
Mereka membakar ban serta melempari pasukan Israel dengan bom api dan batu dalam aksi yang terjadi di sejumlah kota di Tepi Barat.
Unjuk rasa yang lebih besar terjadi di Jalur Gaza dengan melibatkan 3.500 warga Palestina. Bentrokan terjadi di sepanjang pagar pembatas yang dibangun pasukan Israel.
Ini adalah Jumat kedua yang diwarnai aksi unjuk rasa menolak keputusan Trump yang mengakui Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Israel menyambut baik keputusan ini. Sedangkan Palestina, sejumlah negara Arab dan Eropa menolak. Mereka mendukung solusi dua negara dengan Kota Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. Israel menguasai Kota Yerusalem Timur lewat perang pada 1967. Namun dunia internasional tidak mengakuinya.
Para pengunjuk rasa adalah warga yang berkumpul seusai melakukan ritual salat Jumat di Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Mereka juga membawa beberapa bendera, seperti bendera Palestina, Turki, dan Malaysia, yang dinilai vokal menolak keputusan Trump itu.
Wakil Presiden AS Mike Pence bakal mengunjungi Mesir dan Israel pada pekan depan untuk membahas soal status Kota Yerusalem. Namun, Pence tidak akan bertemu dengan pimpinan Otoritas Palestina, tokoh Kristen Palestina dan Gereja Koptik Mesir, yang mengecam keputusan soal status Yerusalem ini.
CNN | ABC NEWS | REUTERS