TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa senjata yang dibeli oleh militer Amerika Serikat pada tahun 2015 berakhir di tangan ISIS dalam kurun waktu dua bulan sejak pembelian.
Laporan itu dirilis pada hari Kamis oleh Conflict Armament Research (CAR), sebuah organisasi pelacak senjata independen, didasarkan pada tiga tahun dokumentasi senjata yang sangat teliti di medan perang Irak dan Suriah.
Baca: ISIS Ancam Piala Dunia 2018, Wajah Messi Jadi Poster
CAR menggunakan nomor seri atau tanda kunci pada senjata untuk melacaknya kembali ke asalnya dan mencoba mengumpulkan bagaimana senjata itu diperoleh oleh milisi ISIS.
Beberapa senjata yang ditemukan di garis depan setelah ISIS diusir juga termasuk senapan mesin buatan Cina yang dicampur dengan amfetamin, pesawat yang dimodifikasi di pabrik-pabrik teroris yang canggih dan bahkan sebuah senapan buatan Nazi Jerman.
CAR bahkan menemukan satu rudal anti-tank yang dijual ke Angkatan Darat Amerika Serikat berhasil didapat ISIS hanya dalam waktu 59 hari.
"Ini sangat singkat," kata Damien Spleeters, peneliti CAR untuk Irak dan Suriah, seperti yang dilansir NBC News pada 14 Desember 2017. "Artinya, tidak banyak perantara dalam rantai ini."
Baca: Petani Temukan Kuburan Massal Korban Pembantaian ISIS di Irak
Pemerintah Amerika Serikat telah memasok senjata ke kelompok bersenjata Suriah lewat sedikitnya dua program, pertama untuk melawan rezim Basahar al Assad dan kemudian membantu Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dalam perang melawan ISIS.
Beberapa senjata ISIS juga diduga hasil curian dari stok militer sementara yang lain dibeli secara ilegal.
Menurut CAR, awalnya polisi Irak menemukan sebuah peluncur rudal buatan Bulgaria selama pertempuran di Ramadi pada 9 Februari 2016.
CAR mendokumentasikan item tersebut dan melacaknya dari produsen asal Bulgaria. Perusahaan tersebut membenarkan kepada periset bahwa senjata tersebut telah diekspor ke Angkatan Darat Amerika Serikat melalui broker senjata pada 12 Desember 2015.
Tidak sepenuhnya jelas bagaimana senjata tersebut bisa sampai ke tangan ISIS di Irak.
Namun, sebuah kelompok oposisi Suriah yang bernama Jaysh al-Nasr memposting serangkaian foto pada 21 Desember 2016, menunjukkan milisi ISIS berpose di sebuah lanskap bersalju. Hasil penyelidikann lebih dekat menunjukkan salah satu senjata anti-tank mereka memiliki jumlah lot yang sama dan nomor seri serupa dengan item yang disita di Irak. Itu menunjukkan merek adalah bagian dari rantai pasokan yang sama.
CAR mengatakan telah mendokumentasikan lebih dari 40.000 item selama kunjungan ke Irak dan Suriah, mulai dari tank dan peluncur roket, hingga peluru dan potongan kabel peledakan.
Baca: Presiden Iran, Rouhani Nyatakan Perang Melawan ISIS Berakhir
Banyak yang dijarah dari stok pemerintah Irak dan Suriah saat ISIS menebar teror di kedua negara. Pada awal 2015, kelompok tersebut menguasai sekitar 35.000 mil persegi area kedua negara.
Dalam video propaganda, ISIS sering menampilkan senjata buatan Amerika di gudang persenjataannya, sebagian besar diperkirakan telah diambil dari persediaan militer Irak. Pada tahun 2015, CAR menemukan satu M-16 buatan Amerika di Kobani, Syria , dengan nama komandan ISIS yang tertulis di senjata tersebut.
Namun kenyataannya, senjata Amerika hanya merupakan bagian kecil dari senjata ringan yang didokumentasikan oleh CAR. Senjata Cina dan Rusia berjumlah lebih dari 50 persen, dengan AK-47 yang ada di mana-mana.
Dari 122 senapan mesin ringan buatan Cina yang ditemukan di markas ISIS di selatan Mosul, memiliki nomor seri yang berurutan, menunjukkan bahwa itu diberikan dari satu penerima yang dimaksud.
CAR menemukan sebagian besar senjata ISIS dibuat sebelum tahun 1990, tahun Irak berada di bawah embargo senjata. Menurut CAR, senjata-senjata yang dirampas dari ISIS dan didokumentasikan dalam laporan tersebut berasal dari berbagai produsen dan sumber.