TEMPO.CO, Jakarta - Myanmar menahan dua wartawan Reuters di pinggiran utara Yangon dan akan menghadapi tuntutan berdasarkan Undang-Undang Rahasia. Kedua wartawan ini diketahui aktif meliput tentang kekerasan militer Myanmar terhadap etnis muslim minoritas Rohingya.
Dua wartawan Reuters tersebut, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, ditangkap pada Selasa malam, 12 Desember 2017. Mereka dijerat Undang-Undang Rahasia Resmi 1923, undang-undang era kolonial yang menjatuhkan hukuman 14 tahun penjara kepada pelaku yang terbukti bersalah.
Baca: MSF: 6.700 Rohingya Tewas di Myanmar
Pemerintah Myanmar juga telah membenarkan penangkapan keduanya, bersamaan dengan foto kedua pria yang diborgol dengan wajah mereka sebagian dikaburkan di halaman Facebook Kementerian Informasi pada Rabu, 13 Desember 2017.
"Memang benar mereka ditangkap, bersama 2 polisi yang terlibat dengan kasus ini. Kami akan mengambil tindakan yang tepat terhadap wartawan dan polisi," kata juru bicara pemerintah Zaw Htay.
Kedua jurnalis itu, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, selama ini meliput tentang tindakan keras militer terhadap minoritas Muslim Rohingya di Negara Bagian Rahkine yang menyebabkan hampir 650.000 orang melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
"Para wartawan memperoleh informasi secara tidak sah dengan maksud untuk membaginya dengan media asing," demikian pernyataan Kementerian Informasi Myanmar di Facebook.
Baca: Bawa Drone ke Myanmar, Jurnalis Malaysia dan Singapura Ditahan
Sebelumnya, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dilaporkan hilang pada Selasa malam setelah diundang untuk menemui petugas polisi untuk makan malam.
Namun ketika tiba di kompleks Battalion 8 sekitar pukul 20.00 waktu setempat, keduanya tidak kembali ke mobil sampai pada keesokan hari.
Seperti yang dilansir Frontier Myanmar, polisi menemukan dua laporan militer dan peta lokasi Rakhine dari dua jurnalis itu.
Wa Lone, mantan reporter senior untuk Myanmar Times, bergabung dengan Reuters pada Juli 2016. Dia secara teratur melaporkan kegiatan militer di Rakhine utara.
Baca: BHRN Minta Pemerintah Myanmar Bebaskan 3 Jurnalis yang Ditangkap
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yangon telah meminta agar kedua wartawan itu dibebaskan. Perwakilan Uni Eropa di Yangon juga menyuarakan keprihatinan yang sama.
Penangkapan di Myanmar tersebut muncul saat laporan dari Komite Melindungi Wartawan (CPJ) menuduh bahwa jumlah wartawan yang dipenjara di seluruh dunia telah mencapai 262 orang. Ini disbeut sebagai rekor baru. Alasan paling umum mengapa wartawan ditempatkan di balik jeruji besi di seluruh dunia, menurut CPJ, terkait dengan tudingan anti-negara dan undang-undang teror yang luas dan samar-samar.