TEMPO.CO, Jakarta - Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat membantah pernyataan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson yang mengatakan bahwa Washington akan memperlunak posisinya dalam perundingan dengan Korea Utara.
Bantahan ini menunjukkan ada kontraversi di tubuh pemerintahan Donald Trump setelah Tillerson menyatakan kesiapannya untuk membuka dialog dengan Pyongyang, tanpa prasyarat.
Sehari berselang, Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa Korea Utara harus terlebih dahulu berkomitmen untuk meninggalkan senjata nuklirnya.
Baca: Tillerson: AS Tidak Berniat Mendongkel Rezim Korea Utara
Perbedaan pernyataan Tillerson dengan Gedung Putih soal Korea Utara merupakan yang ketiga kalinya dalam beberapa bulan terakhir.
Tillerson yang berbicara dalam forum kebijakan luar negeri di Washington DC pada Selasa, 12 Desember 2017 menegaskan kesiapannya untuk berbciara dengan Korea Utara.
"Kami telah mengatakan dari sisi diplomatik bahwa kami siap untuk berbicara kapan saja Korea Utara, ingin berbicara, dan kami siap untuk lakukan pertemuan pertama tanpa prasyarat,' kata Tillerson seperti dilansir dari CNN, 14 Desember 2017.
Sejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya justru berbicara sebaliknya keesokan harinya.
Pemerintah bersatu menegaskan, setiap perundingan dengan Korea Utara harus menunggu sampai rezim tersebut secara mendasar memperbaiki tingkah lakunya. Meski mencakup pernyataan menteri luar negeri, namun Pyongyang harus memastikan tidak ada lagi tes nuklir atau rudal balistik," ujarnya.
Baca: Sambut Tillerson, Cina Tak Mau Didikte Soal Korea Utara
Heather Nauert, Juru bicara Kementerian Luar Negeri, mencuit di akun Twitternya untuk mengulangi posisi pemerintah yang memastikan bahwa prasyarat tetap diterapkan mengenai program nuklir Korea Utara.
"Kami tetap terbuka untuk berdialog ketika Korea Utara bersedia melakukan dialog serius dan kredibel mengenai denuklirisasi damai, tapi saat itu tidak ada sekarang," cuit Nauert.
Beberapa mantan pejabat AS meragukan apakah Tillerson dan Gedung Putih berada dalam satu sikap.
"Ini adalah sesuatu yang membingungkan dan mengkhawatirkan," kata Evan Medeiros, mantan direktur senior Dewan Keamanan Nasional untuk Asia.
Baca: Memo Tillerson: Usut Akun Media Sosial Pemohon Visa ke Amerika
Kontradiksi itu adalah perselisihan terbaru antara Gedung Putih dan Menteri Luar Negeri. Pada Agustus lalu, eks penasihat Gedung Putih Sebastian Gorka mengkritik Tillerson setelah dia berusaha untuk mementahkan ucapan Presiden Trump kepada Korea Utara.
Kemudian padaSeptember, setelah Tillerson mengatakan bahwa dia telah membuat komunikasi langsung dengan Pyongyang, presiden Trump justru menuduhnya "membuang-buang waktunya".
Kontradiksi ini memunculkan dugaan Tillerson dipinggirkan dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Muncul rumor bahwa Tillerson akan diganti dengan Direktur CIA Mike Pompeo. Meski kemudian Gedung Putih membantah pergantian itu.