TEMPO.CO, Washington DC -- Pemerintah Amerika Serikat menawarkan pembicaraan langsung kepada rezim Korea Utara tanpa persyaratan apapun.
Langkah yang diumumkan pada Selasa, 12 Desember 2017, ini merupakan sikap baru dari sebelumnya yang mensyaratkan Pyongyang harus menerima sejumlah persyaratan awal seperti meninggalkan seluruh program senjata nuklirnya.
"Ayo kita bertemu," kata Tillerson dalam pidato pada sesi seminar lembaga pemikir Dewan Atlantik, yang berbasis di Washington DC. "Kami siap bertemu kapanpun mereka siap bertemu."
Baca: Cina dan Rusia Antisipasi Serangan Rudal Korea Utara
Tillerson menegaskan pembicaraan langsung ini bisa produktif maka harus dilakukan tanpa didului berbagai macam tes nuklir dan misil. "Kita bisa bicara soal cuaca kalau Anda mau. Kita bisa bicara juga apakah meja negosiasinya bundar atau kotak."
Baca: Antisipasi Perang, Cina Bangun Kamp Pengungsi Dekat Korea Utara
Langkah AS ini dinilai menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea, yang semakin memanas, karena berbagai manuver militer baik dari Korea Utara dan sekutu pimpinan AS di kawasan ini.
Tillerson menegaskan Trump memberi dukungan terhadap rencana pembicaraan langsung ini. Sebelumnya, Trump pernah mencuit bahwa berbicara dengan Korea Utara percuma seperti yang dialami banyak Presiden AS sebelumnya.
Uniknya, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang terkesan ambigu beberapa jam kemudian. "Pandangan Presiden soal Korea Utara belum berubah," kata pejabat Gedung Putih. "Korea Utara bertindak berbahaya. Tindakan ini tidak baik bagi negara manapun termasuk bagi Korea Utara sendiri."
Media Reuters melansir perubahan sikap AS ini muncul sekitar dua pekan setelah Korea Utara berhasil meluncurkan rudal balistik, yang diklaim mampu mencapai daratan AS.
Dalam pidato tadi, Tillerson mengatakan AS dan Cina terus menjalin komunikasi. Ini termasuk untuk memberikan keyakinan kepada Cina seandainya pemerintahan rezim Kim Jong Un jatuh maka pasukan AS akan kembali ke Korsel.
Media Rusia telah memberitakan bahwa Korea Utara menginginkan pembicaraan langsung dengan AS dan dimediasi pihak ketiga seperti Rusia.
REUTERS