Kalau AS terus membombardir Afghanistan, mau nggak mau kami akan bangkit dan berjuang mengangkat senjata pergi berjihad, kata Abdul Halim, 24 tahun, mahasiswa Hubungan Internasional dan Politik IIU.
Tapi Halim mengatakan sejumlah mahasiswa lain masih ragu-ragu karena, selain ada serangan dari AS, pemerintah Taliban Afghanistan terlibat perang dengan sesama warga Afganistan yaitu dari Aliansi Utara. Kami nggak mau terlibat kalau mereka masih perang satu sama lain sesama muslim, katanya.
Sedang kelompok mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Forum Ukhuwan Mahasiswa Indonesia (FUMI), justru ingin segera bergabung untuk melawan Amerika Serikat.
Adanya mahasiswa Indonesia yang radikal diakui oleh Kepala Urusan Informasi, Hubungan sosial dan Kebudayaan KBRI, Darmansyah Ayin. Ia juga menyinggung sepuluh mahasiswa yang mengangkat senjata di dekat perbatasan Afganistan.
Mahasiswa itu, kata Darmansyah, semua berasal dari madrasah sekitar Peshawar. Mereka umumnya tak melapor ke kedutaan, kata Darmansyah.
Menurut sumber Tempo seorang mahasiswa Indonesia di Al-Khair University, yang tak mau disebut namanya, sepuluh orang Indonesia itu masuk ke Pakistan lewat jalur Jamaah Tablig. Jamaah Tablig itu apolitis, tapi orang yang masuk madrasah itu berubah, katanya. (ahmad taufik)