TEMPO.CO, New York -- Tersangka percobaan peledakan bom di terowongan subway Times Square, Manhattan, New York, mengaku terinspirasi oleh seruan ISIS untuk menyerang kota-kota negara barat menjelang perayaan Natal.
Tersangka bernama Akayed Ullah, 27 tahun, asal Bangladesh ini, terluka dalam aksinya karena bom pipa dengan teknologi amatiran yang dibawanya hanya meledak sebagian. Empat orang lainnya termasuk seorang polisi ikut terluka saat bom itu meledak.
Baca: Kemenlu: Tak Ada WNI Jadi Korban Ledakan di Manhattan
Komisaris Polisi New York, James P. O'neill mengatakan Ullah membaur dengan warga pengguna komuter dengan bom pipa terpasang di badannya, yang kemudian dia coba ledakkan.
Baca: Ledakan di Manhattan Diduga Serangan Teroris
Baca Juga:
"Ini merupakan upaya serangan teroris," kata Walikota New York, Bill de Blasio, kepada pers, Senin, 11 Desember 2017 waktu setempat.
Serangan ini terjadi enam pekan setelah ada serangan dari seorang lelaki asal Uzbek, Sayfullo Saipov. Saipov menyerang warga yang sedang bersepeda dengan menabrak mereka menggunakan mobil pick-up yang disewanya. Tindakan ini menewaskan delapan orang. Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Pada September 20106, seorang lelaki melukai 31 orang lainnya saat dia meledakkan bom buatan di daerah Chelsea, New York.
Menurut Gubernur New York, Andrew Cuomo, senjata bom yang digunakan Ullah menggunakan teknologi tingkat amatiran. Bom itu tidak meledak sepenuhnya sehingga mengurangi efek ledakannya.
Serangan ini juga mengigatkan kembali serangan teroris pada 11 September 2001, yang menewaskan sekitar 3000 orang, dan serangan ke Gedung World Trade Center (WTC) pada 1993 yang menewaskan enam orang.
Menanggapi serangan di New York ini, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan negaranya harus memperbaiki sistem imigrasi. "Amerika harus memperbaiki sistem imigrasi, yang membiarkan terlalu banyak orang-orang berbahaya masuk ke negara kita," kata Trump.
Trump juga mengkritik sistem visa keluarga, yang memungkinkan Ullah masuk ke AS dengan bantuan keluarganya yang telah berada di sana.
Menurut sumber Reuters di kalangan penegak hukum, Ullah tidak pernah masuk ke dalam pemantauan lembaga intejelen sehingga belum ada informasi apakah dia memiliki kaitan dengan kelompok militan tertentu sehingga melakukan serangan bom di Manhattan ini.
LA TIMES | REUTERS | NPR