TEMPO.CO, Washington DC -- Senator Amerika Serikat, Ben Cardin, mengkritik cara Presiden Donald Trump dalam menangani proses perdamaian Israel dan Palestina serta pengumuman status Kota Yerusalem.
"Saya kira pengumuman itu bukan hal baru. Tapi Presiden seharusnya melakukannya dengan cara diplomatik yang benar. Saya pikir dia tidak melakukannya," kata Cardin, yang merupakan tokoh senior Partai Demokrat dan menjadi anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat, pada acara televisi ABC "This Week", Ahad, 10 Desember 2017. "Saya pikir cara dia menangani soal ini keliru. Tapi jelas Yerusalem adalah ibu kota Israel."
Baca: Liga Arab Minta DK PBB Batalkan Putusan Trump Soal Yerusalem
Cardin mengatakan seharusnya pengumuman mengenai status Yerusalem dibarengi dengan dimulainya proses perdamaian Israel dan Palestina. Dia menilai perlu ada konsesi dari Israel atau insentif bagi Palestina dalam proses perdamaian ini.
Baca: Protes Status Yerusalem Meluas, Israel Tutup Pusat Perbelanjaan
Seperti dilansir media AS Politico, Kota Yerusalem Timur, termasuk Tembok Barat dan Dome of The Rock, dianeksasi Israel dari Yordania pada 1967. Pada saat yang sama, Palestina menginginkan Kota Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan dalam skema perjanjian damai dua negara.
Cardin menyayangkan proses perdamaian Palestina -- Israel tidak berjalan selama beberapa bulan ini. "Saya tidak melihat dari pemerintah ada indikasi yang menunjukkan proses perdamaian berjalan maju," kata Cardin.
Terkait upaya perdamaian ini, seperti diberitakan, Wakil Presiden AS, Mike Pence, dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pemimpin Timur Tengah sesuai pengumuman Trump. Namun, pengumuman status Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh Trump ini membuat mereka mengurungkan niatnya menyambut Pence.
Pimpinan gereja Koptik Mesir, yang dijadwalkan menerima kedatangan Pence, membatalkan acara ini. Pihak gereja beralasan keputusan Trump soal status Yerusalem itu mengabaikan perasaan jutaan warga dunia.
Otoritas Palestina juga dikabarkan menolak menerima Pence setelah Trump mengumumkan keputusan soal status Yerusalem pada Rabu, 6 Desember 2017. Tokoh senior Palestina Jibril Rajoub beralasan keputusan Trump itu justru langkah mundur dalam proses perdamaian Palestina -- Israel.
POLITICO | REUTERS | ANADOLU