TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, mengatakan pada Jumat, 8 Desember 2017, bahwa kedutaan besar Amerika Serikat tidak akan pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem pada tahun ini, dan juga belum pada tahun depan.
Berbicara di Paris dengan rekannya, Tillerson menjelaskan, Presiden Donald Trump telah memerintahkan proses persiapan pemindahan. Namun hal itu perlu waktu.
Baca: Amerika Serikat Masih Berat Pindahkan Kedutaannya ke Yerusalem
Penasihat senior dan menantu Donald Trump, Jared Kushner dan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson berdoa di Tembok Ratapan, Yerusalem, Israel, 22 Mei 2017. AP Photo/Evan Vucci
Menurutnya, untuk memindahkan kedutaan besar membutuhkan waktu lama antara lain memilih lokasi, membuat rencana konstruksi dan bangunan, meyakinkan otoritas setempat, setelah itu pembangunan dimulai.
Dia menambahkan keputusan Trump bukan berarti menjadi keputusan final status Yerusalem. "Keputusan final dapat menghilangkan peluang perundingan dengan Palestina," ucapnya seperti dikutip CNN.
Seorang pejalan kaki berjalan melewati kedutaan besar Amerika Serikat di Tel Aviv, Israel, Senin (5/8). Penutupan kantor kedutaan AS di Timur Tengah dan Afrika diperpanjang seminggu sebagai tindakan pencegahan setelah al Qaeda mengeluarkan ancaman pada hari Minggu (4/6). REUTERS/ Nir Elias
Trump pada Rabu, 6 Desember 2017 mengumumkan Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengumuman Trump itu menjadi perdebatan panas di lingkaran Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, terutama soal relokasi kedutaan besar dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Baca: Soal Yerusalem, Turki Ancam Israel Putuskan Hubungan Diplomatik
Selain itu, protes dan kecaman berdatangan dari seluruh penjuru dunia, negara-negara Arab dan Islam serta Dewan Keamanan PBB. Pengakuan Amerika Serikat terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel, menurut Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dapat merusak perundingan damai yang sudah lama dirintis PBB.