TEMPO.CO, Jakarta - Israel melakukan serangan udara ke arah ribuan demonstran di Gaza yang menewaskan dua orang Palestina dan melukai ratusan orang yang berunjuk rasa pada hari Jumat, 8 Desember 2017.
Para demonstran turun ke jalan untuk menentang pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Baca: Ini 9 Resolusi PBB mengenai Status Kota Yerusalem
Di Gaza, mengutip CNN, ada sekitar 4.500 warga Palestina berunjuk rasa di enam lokasi sepanjang perbatasan Israel.
Di kota Betlehem di Tepi Barat, CNN menyaksikan tentara Israel menembak demonstran dengan peluru karet dan gas air mata. Demonstran membalasnya dengan lemparan batu dan bom molotov.
Serangan yang dilakukan militer Israel melibatkan juga pasukan udara. Pesawat militer Israel menyerang para demonsran di Gaza. Seorang pria Palestina berusia 54 tahun tewas.
Sejumlah ibu-ibu warga Palestina turun ke jalan saat melakukan demonstrasi menentang rencana Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Kota Gaza, 6 Desember 2017. REUTERS/Mohammed Salem
Baca: Alasan Yerusalem Bukan Ibukota Israel
Satu warga Palestina lainnya tewas ditembak di lokasi kerusuhan di sebelah timur Gaza. Lebih dari 300 orang terluka di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem akibat serangan militer Israel.
"Saat kerusuhan terjadi tentara Israel menembak secara selektif ke arah lusinan penghasut," kata militer Israel dalam pernyataannya.
Serangan militer Israel itu menarget lokasi tempat latihan dan tempat penyimpanan amunisi Hamas di Gaza.
Israel beralasan, dua proyektil ditembakkan dari arah Gaza ke arah selatan Israel. Satu proyektil dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome dan tidak ada yang terluka. Sedangkan proyektil satu lagi masih dicari.
Palestina dan Israel saling klaim Yerusalem sebagai ibukota negara. Pernyataan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel memicu amarah warga Palestina dan dunia internasional karena telah mencederai hukum internasional.