TEMPO.CO, Jakarta - Alat penentu kelamin penyu karya mahasiswa Universitas Brawijaya atau Unibraw berhasil mendapatkan Special Award Arca Medal dari Union Croatian Innovator pada Seoul International Invention Fair (SIIF 2017). Unibraw menjadi peserta SIIF 2017, pameran inovasi internasional terbesar di dunia yang diikuti delegasi dari 30 negara. SIIF dimulai pada 30 November 2017 dan berakhir pada 3 Desember 2017.
4 mahasiswa Unibraw, Muhammad Husni Mubarok (Teknik Mesin 2015), Nicky Putra Pradana (Teknik Mesin 2015), Vani Dwi Febrian (Vokasi Pariwisata 2016), dan Yudha Akbar Budi Wijaya (Vokasi Pariwisata 2016) berhasil menciptakan Maticgator (Automatic Turtle Egg Incubator).
Baca: Mahasiswa UB Ciptakan Alat Penentu Jenis Kelamin Ternak
Maticgator dapat menetaskan telur penyu dan dapat memilih jenis kelamin betina atau jantan yang akan ditetaskan, dengan mengatur suhu, sirkulasi udara, dan kelembapan di dalam alat inkubator.
Keempatnya tidak bekerja sendirian, mereka dibimbing oleh Dr. Eng. Nurkholis Hamidi, ST., M.Eng dan Vian Dedi Pratama, S.Pi mulai proses administrasi, persiapan perlengkapan kompetisi, hingga penyelesaian alat.
Inkubator ini merupakan penetas telur penyu pertama yang telah dikembangkan dengan menggunakan panel surya sebagai sumber energi utama yang dapat mengendalikan jenis kelamin tukiknya berdasarkan pengaturan temperatur dan kelembapan. Pengoperasiannya pun sangat sederhana, tinggal klik tombol opsi gender antara jantan/betina.
Maticgator telah mendaftarkan hak patennya di LPPM Universitas Brawijaya dan telah diijual di beberapa daerah di Indonesia antara lain Banyuwangi, Jember, Malang, Trenggalek, Pacitan, dan Tulungagung.
Baca: Dosen ITB Ciptakan Jalan Berpori untuk Mencegah Banjir
Alat itu kemudian menarik perhatian lembaga inovator Kroasia yang memberikan penghargaan khsusus kepada tim dari Unibraw. Setelah diberikan penghargaan, Ivan Brai, selaku presiden dari Union of Croation Innovators tertarik melakukan pendalaman.
Ke depannya, Maticgator akan dipasangi kamera CCTV yang diintegrasikan dengan perangkat smartphone agar penggunaanya semakin efektif dan efisien baik dari segi waktu instalasi dan pemantauan perkembangan telur.
“Awalnya kami menggigil dan harus menyesuaikan suhu musim dingin di Korea, tetapi kami excited sekali bisa bertemu dengan ratusan inventor dari 30 negara dengan berbagai latar belakang ilmu memamerkan inovasinya di ajang bergengsi ini.Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah memberikan support, kepada dosen pembimbing, dan terutama kepada orang tua yang selalu mendoakan dengan ikhlas. Semoga semakin banyak penemuan-penemuan anak bangsa yang masuk ke pasar Internasional,” tutur Nicky kepada Minister Councellor KBRI Seoul, M.Aji Surya, Kamis, 7 Desember 2017.
Baca: Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang
Seperti tahun-tahun sebelumnya, SIIF 2017 diselenggarakan oleh Korea Invention Promotion Association (KIPA) di bawah naungan World Intellectual Property Organization (WIPO) dan International Federation of Inventors’ Associations (IFIA). SIIF 2017 mewadahi 630 penemuan dari kalangan SMA, universitas, dosen, peneliti, perusahaan, dan umum dari 30 negara peserta, termasuk di antaranya Polandia, Malaysia, Prancis, Amerika Serikat, Bosnia, Herzegovina, Yaman, Ghana, Jepang, Lebanon, Cina, Mesir, Jerman, Vietnam, Singapura, Rusia, Kroasia, India, Iran, Taiwan, Arab Saudi, Thailand, Indonesia, Meksiko, dan Uzbekistan.
Peserta SIIF 2017 diberi kesempatan untuk masuk ke pasar internasional, transfer teknologi, dan memiliki akses ke crowdfunding atau pertemuan bisnis untuk pembelian atau investasi. Sebagai sebuah ajang yang memamerkan inovasi teknologi canggih dari seluruh dunia, bekerja sama dengan organisasi internasional dan kelompok penemuan terkait dari masing-masing negara, SIIF bertekad untuk membantu para peserta menemukan jalan ke pasar dunia.