TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku sangat prihatin dengan keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Ini disampaikan Putin saat melakukan percakapan telepon dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Kamis, 7 Desember 2017.
Baca: Ini 9 Resolusi PBB Soal Yerusalem yang Dilanggar Trump
Menurut Kremlin, Putin meminta bangsa Palestina dan Israel untuk menahan diri dan memperbarui perundingan damai.
Baca: Sekjen PBB Guterres Kritik Keputusan Trump Soal Yerusalem
"Tindakan semacam ini bisa menghalangi jalan menuju perdamaian di Timur Tengah," demikian pernyataan Kremlin terkait langkah Trump.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan keputusan Trump mengancam keamanan dan berisiko memperparah hubungan Israel-Palestina yang sudah rumit.
"Moskow meminta semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dan menjauhi tindakan yang berbahaya dan tidak terkendali," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Rusia juga mengatakan Yerusalem timur sebagai ibu kota negara Palestina masa depan, dan Yerusalem bagian barat sebagai ibu kota Israel.
Pernyataan Putin muncul beberapa jam setelah kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (EU), Federica Mogherini, memperingatkan bahwa keputusan Trump dapat membawa wilayah ini "mundur ke masa yang lebih gelap".
Beberapa negara lain di Eropa telah mengkritik langkah itu.
Israel merebut Yerusalem Timur dari Yordania pada Perang Enam Hari 1967. Negara Zionis itu kemudian memperluas kedaulatan atas wilayah ini namun tidak pernah diakui masyarakat internasional.
Israel, yang mengklaim kedaulatan atas Yerusalem, menyambut pengakuan Trump, yang diumumkan di Gedung Putih pada Rabu, 6 Desember 2017. Namun di lain pihak bangsa Palestina, yang tinggal di Yerusalem Timur, mengecamnya.
TIMES OF ISRAEL | REUTERS | ISRAEL NATIONAL NEWS