TEMPO.CO, New York -- Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menyebut status Yerusalem sebagai ibukota Israel mendapat kritik hingga kecaman dari berbagai politisi dan tokoh dunia.Banyak pihak merasa khawatir keputusan itu akan mengganggu proses damai antara Israel dan Palestina serta memicu gangguan stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Ini termasuk Bella Hadid, 21, seorang model internasional keturunan Palestina, yang mengungkapkan pendapatnya soal status Yerusalem itu.
Baca: Alasan Yerusalem Bukan Ibukota Israel
Bella mencurahkan isi hatinya lewat akun Instagram miliknya @bellahadid. "Saya telah menunggu untuk menuliskan ini tapi saya sadari tidak ada cara yang sempurna untuk berbicara mengenai hal yang sangat tidak adil. Hari yang sangat sangat menyedihkan," kata Hadid, Kamis, 7 Desember 2017.
Baca: Sekjen PBB Guterres Kritik Keputusan Trump Soal Yerusalem
"Menonton siaran berita melihat kesedihan bangsa Palestina membuat saya menangis untuk generasi demi generasi bangsa Palestina. Hadid melanjutkan dia merasa sedih dan sulit menuliskan pesan ini sambil menyaksikan kesedihan ayah, sepupu, dan keluarga Palestina serta leluhur bangsa Palestina.
"Yerusalem adalah rumah bagi semua agama. Agar ini bisa terwujud, saya rasa, membuat kita semua mundur lima langkah ke belakang membuatnya semakin sulit untuk hidup di dunia yang damai."
Hadid juga menyoroti perlakuan yang dialami bangsa Palestina sambil menuliskannya dalam huruf kapital. "PERLAKUAN yang dialami bangsa Palestina tidak adil, sepihak, dan seharusnya tidak ditoleransi. Saya berdiri dengan Palestina."
Seperti diberitakan, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan sikap menyebut Yerusalem sebagai ibukota Israel pada Rabu, 6 Desember 2017. Dia mengatakan semua negara menolak mengakui ini padahal ini adalah kenyataan. Dia menyadari ada perbedaan pandangan soal ini dan berharap tidak ada tindak kekerasan terjadi pasca keputusan yang diambilnya.
Uni Eropa, Paus Francis, negara-negara Arab, hingga PBB menolak keputusan Trump soal Yerusalem dan menilainya sebagai pelanggaran terhadap sejumlah resolusi PBB dan bisa mengganggu proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
REUTERS | PEOPLE | NY TIMES