TEMPO.CO, Jakarta - Milisi Houthi membunuh 200 orang yang diambil dari tahanan bersamaan serangan yang menewaskan bekas Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh di rumahnya, Senin, 4 Desember 2017.
Sejumlah laporan media lokal menyatakan, Houthi juga menyerbu kediaman keluarga Saleh dan membunuh beberapa pengawalnya termasuk beberapa tokoh Partai Kongres Rakyat Jenderal (GPC).
Baca: Putra Presiden Yaman Bersumpah Balas Dendam ke Houthi
Pemberontak Houthi turun ke jalan untuk merayakan kematian mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, di Sanaa, Yaman, 4 Desember 2017. Saleh dibunuh karena dianggap berkhianat. Sebelumnya, Saleh mendukung kelompok Houthi, namun belakangan ia berpaling dan menyatakan siap berunding dengan koalisi pimpinan Arab Saudi. REUTERS
"Serangan milisi itu menewaskan bekas Presiden Ali Abdullah Saleh di selatan Sanaa," Al Arabiya melaporkan.
Al Arabiya dalam laporannya, Rabu, 6 Desember 2017, juga menyebutkan, milisi Houthi melakukan penyerbuan dan menahan beberapa pemimpin serta anggota partai GPC di Sanaa pada Senin, 4 Desember 2017.Pemberontak Houthi turun ke jalan untuk merayakan kematian mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, di Sanaa, Yaman, 4 Desember 2017. Saleh tewas setelah kendaraannya ditembaki kelompok Houthi di Sanaa. AP Photo/Hani Mohammed
Sementara itu, milisi koalisi Arab lainnya melancarkan beberapa serangan ke Istana Presiden di tengah kecamuk perang di Sanaa. Adapun Houthi menyatakan bahwa negara dalam keadaan darurat perang selamat beberapa jam setelah kematian Ali Abdullah Saleh.
Baca: Iran Kirim Senjata ke Houthi Yaman Lewat Teluk
Selain itu, milisi Houthi menyebar untuk berperang melawan pasukan bersenjata di beberapa tempat di ibu kota Yaman.