TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Korea Selatan mulai simulasi perang sesungguhnya selama lima hari di Semenanjung Korea pada Senin, 4 Desember 2017. Dalam simulasi perang tersebut, Wall Street Journal melaporkan, kedua negara bersekutu itu melibatkan jet pengebom, pesawat tempur dan ribuan pasukan.
"Simulasi perang ini digelar hanya sepekan setelah Korea Utara melakukan uji coba misil," tulis Wall Street Journal, Senin.
Baca: AS Geber Latihan Perang Bareng Jepang dan Korea Selatan
Tentara militer Korea Selatan dan Amerika Serikat ikut berpartisipasi dalam latihan militer musim dingin di Pyeongchang, Korea Selatan, 24 Januari 2017. REUTERS
Latihan tempur berskala besar tersebut ditanggapi amarah oleh Korea Utara. Negeri komunis ini dalam sebuah pernyataan mengatakan, latihan tersebut akan mendorong Semenanjung Korea terancam oleh perang nuklir.
"Amerika Serikat dan Korea Selatan mengabaikan seruan Rusia dan Cina agar membatalkan latihan militer tersebut," bunyi pernyataan Korea Utara.
Menurut kantor berita Reuters, misil balistik Korea Utara yang ditembakkan pekan lalu adalah misil antarbenua yang sanggup menjangkau wilayah Amerika Serikat.Kru USS Ronald Reagan memandu pesawat tempur F/A-18 Super Hornet lepas landas dari kapal induk, selama latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan di Laut Barat, Korea Selatan, 14 Oktober 2016. REUTERS/Kim Hong-Ji
Jurubicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan kepada wartawan di Seoul, latihan tempur tahunan dengan sandi Vigilant Ace itu sekaligus untuk menguji keterampilan Angkatan Udara kedua negara.
Baca: Memanas! Pasukan Khusus Korea Utara Incar Militer AS dan Korsel
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyesalkan sikap semua pihak yang tidak menangkap peluang bahwa Korea Utara bersedia menghentikan uji coba nuklir sebagaimana pernah dikatakan sebelumnya.
Cina dan Rusia mengusulkan kepada Amerika Serikat dan Korea Selatan agar menghentikan latihan perang dengan imbalan Korea Utara menghentikan program senjata nuklir.