TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Uni Eropa menjatuhkan sanksi embargo atau larangan menjual senjata ke Arab Saudi setelah negara itu dituduh melakukan kejahatan perang di Yaman.
Parlemen Uni Eropa memutuskan embargo terhadap Saudi dalam sidang pada 1 Desember 2017 dengan mayoritas anggota parlemen, yakni 539 anggota mendukung resolusi terhadap Saudi, 13 menolak, dan 81 memilih abstain.
Baca: Serangan Udara Saudi Menyasar Hotel di Yaman, 60 Tewas
Uni Eropa mengecam kekerasan yang sedang berlangsung di Yaman dan semua serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil, yang merupakan kejahatan perang. Puluhan serangan udara Saudi telah membunuh dan melukai warga sipil termasuk menggunakan senjata kimia yang dilarang secara internasional, seperti dikutip dari The Independent
Parlemen Eropa menyesalkan blokade Yaman oleh koalisi yang dipimpin oleh Saudi. Serangan udara koalisi mengakibatkan korban sipil, termasuk anak-anak dan penghancuran infrastruktur sipil dan medis.
Uni Eropa juga mengutuk tindakan pemberontak Houthi yang mengakibatkan korban sipil, termasuk serangan rudal ke kota-kota di Saudi.
Baca:Dalam Dua Pekan, 51 Warga Yaman Tewas Akibat Kolera
Parlemen kemudian meminta Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, untuk segera mengusulkan strategi Uni Eropa yang terintegrasi untuk Yaman dan juga mendesak semua pihak dalam konflik untuk menyetujui penghentian permusuhan dan kembali ke perundingan damai.
Penjualan senjata ke Arab Saudi melonjak 500 persen setelah koalisi memulai operasi militer di perbatasan Yaman.
Seorang pria membawa anak laki-laki yang menjadi korban serangan udara Saudi di Sanaa, Yaman, 25 Agustus 2017. REUTERS/Khaled Abdullah
Ini bukan pertama kalinya parlemen Uni Eropa menyerukan embargo senjata terhadap Arab Saudi. Sanksi serupa dikeluarkan pada Februari 2016.
Beberapa negara Uni Eropa terus secara aktif memasok senjata dan peralatan militer ke Saudi meskipun ada keterlibatan kerajaan itu dalam perang di Yaman. Pada pertengahan November, pemerintah Jerman mengungkapkan bahwa total nilai penjualan senjata ke Saudi telah meningkat lima kali lipat pada kuartal ketiga tahun 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca: Korban Tewas Konflik Yaman Tembus 10 Ribu Jiwa
Sementara Jerman memasok Kerajaan tersebut dengan truk militer dan kapal patroli, menurut sebuah dokumen, Inggris menjual berbagai amunisi bagi Arab Saudi, termasuk bom dan rudal. Penjualan senjata Inggris ke Saudi juga melonjak hampir 500 persen.
Sejak tahun 2015, monarki Sunni telah melancarkan perang melawan pemberontak Houthi yang didukung Syiah di Yaman. Perang membawa salah satu negara termiskin di dunia Arab ke jurang kelaparan dan menyebabkan 4.800 warga sipil Yaman terbunuh.
Menurut PBB, sekitar 20,7 juta orang di Yaman saat ini membutuhkan bantuan kemanusiaan dan pengobatan menyusul wabah kolera yang dianggap salah satu yang terburuk di dunia, yang diderita lebih dari 900.000 orang di sana. Pada saat yang sama, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebut Yaman mengalami darurat keamanan pangan terbesar di dunia.