TEMPO.CO, Jakarta - Mohammed bin Salman mengatakan, ayahnya, Raja Salman melawan korupsi di Arab Saudi setelah naik tahta 2015 menggantikan almarhum Raja Abdullah bin Abdulazis.
Calon pengganti Raja Salman ini menambahkan, ketika ayahnya yang tidak pernah terkontaminasi oleh korupsi selama menjadi Gubernur Riyadh dan naik tahta pada 2015 bersamaan dengan harga minyak dunia turun, dia bersumpah akan menghentikan korupsi di Arab Saudi.
Baca: Arab Saudi: Mohammed bin Salman Ditelepon Amerika, Ini Isinya...
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud berbincang dengan putranya, Pangeran Mohammed bin Salman. REUTERS
"Ayah saya melihat tidak mungkin kami tetap tinggal bersama G-20 dengan pertumbuhan korupsi seperti ini. Pada awal 2015, perintah pertama kepada timnya adalah mengumpulkan seluruh informasi mengenai korupsi di level atas," ujarnya.
"Tim ini bekerja selama dua tahun hingga mereka mengumpulkan informasi yang akurat dan mendapatkan sekitar 200 orang diduga korupsi."
Ketika seluruh data sudah siap, Mohammed bin Salman menerangkan, Kepala Kejaksan Agung Saud al-Mojib bergerak menangkap para miliader dan pangeran yang diduga terlibat korupsi.
"Para multimiliader dan jutawan atau pangeran yang ditahan diberi dua pilihan, menyerahkan kekayaannya kepada negara atau dipenjara. Sekitar 95 persen para tersangka itu setuju menyelesaikan kasusnya," ujarnya.Penangkapan 11 pangeran termasuk Alwaleed bin Talal terjadi setelah terbentuknya sebuah komisi anti-korupsi.
Dia menambahkan, "Sekitar satu persen bisa membuktikan bahwa mereka bersih sehingga kasusnya didrop, sedangkan empat persen mengaku tidak korupsi oleh karena itu mereka melakukan perlawananan hukum di pengadilan."
Menurutnya kepada New York Times, berdasarkan hukum Arab Saudi, kejaksaan adalah institusi independen. "Kami tidak bisa mengintervensi."
Baca: Dijerat Korupsi, PengusahaTerkaya Kedua Arab Saudi Ditangkap
New York Times menanyakan dalam wawancara khusus dengan Mohammed bin Slman, "Berapa banyak uang yang mereka kembalikan?" Dia menjawab, "Sekitar US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.350 triliun."
Menurutnya, pengembalian uang tersebut bukan menyelesaikan masalah. Pembasmian akar korupsi dimulai dari atas ke bawah. "Sehingga Anda harus mengirimkan sinyal dan sinyal itu sekarang telah ada. Anda tidak bisa lolos," jelasnya mengacu kepada para tersangka korupsi di Arab Saudi yang kini mendekam dalam tahanan di hotel Ritz Carlton.