TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan kopi internasional, Starbucks, bakal membuka gerai kopi pertamanya di Milan, Italia pada 2018. Namun, rencana ini menimbulkan kontroversi tersendiri di negara tempat kopi espresso pertama kali dibuat.
Anda tidak akan mendengar berbagai istilah kopi ala Starbucks di Italia seperti grande, venti dan frappucino. Di sini, kopi disajikan secara langsung dan sederhana.
Baca: Obama Beli Kopi di Starbucks, Warga AS Histeris
“Ini cara kami menikmati hari,” kata barista Maurizio Casula seperti dilansir CBS News, Sabtu, 25 Nopember 2017.
Namun, saat Casula ditanya soal rencana Starbucks untuk buka gerai di negara ini, nada bicaranya langsung berubah.
Baca: Lawan Trump, Starbucks Janji Pekerjakan 10 Ribu Pengungsi
“Bisa kita hentikan?” kata Casula sambil membuat gestur tangan ke arah lehernya.
Ternyata membicarakan perusahaan kopi terkenal asal Seattle ini membuat percakapan menjadi terasa canggung di sini.
“Saya suka Starbucks, tapi ini terasa seperti invasi besar,” kata Casula menjelaskan. Faktor tradisi menjadi unsur yang menonjol di Italia termasuk soal urusan kopi.
Namun apakah kultur kopi Italia terancam dengan rencana Starbucks membuka gerai pertamanya di Milan pada 2018? Bukankah kue-kue dan krim cappuccino bekunya sudah populer di sini?
Beberapa vendor kopi asal Amerika Serikat juga sudah buka toko di sini. Misalnya, David Nathaniel, yang memiliki 12 gerai berjualan kopi per ons. Dia berencana melipatgandakan gerai kopi ini menjadi 100 gerai dalam lima tahun.
Di gerai miliknya, para pembeli tidak bersantai sambil menyesap kopi. “Kami tidak ingin pembeli berdiam di konter,” kata dia.
Nathaniel beralasan ada banyak gerai kopi yang menyediakan lokasi minum untuk para pelanggannya. Dia ingin menyajikan cara minum kopi alternatif.
Seorang warga Amerika Serikat di Italia mengaku kurang sreg dengan datangnya Starbucks. “Saya bukan fans Starbucks,” kata Bob Hodge dari Ohio. “Mereka telah membangkrutkan banyak gerai kopi besutan orang rumahan di AS.” Ini tentu menjadi masukan bagi gerai kopi Italia, yang jumlahnya mencapai sekitar 150 ribu gerai, agar mereka bisa bertahan.