TEMPO.CO, Jakarta - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, bekerja keras memberantas korupsi di negerinya sejak ditunjuk oleh Raja Salman, yang juga ayahnya, untuk memimpin Komisi Antikorupsi pada 4 November 2017.
Dalam berbagai keterangan di berbagai media, Mohammed mengatakan sedikitnya 40 pangeran dan 200 pengusaha termasuk bekas pejabat sipil dan miilter ditahan karena tuduhan terlibat korupsi. Kini, sebagian dari mereka ditahan di Hotel Ritz Carlton.
Baca: Diduga Korupsi, Arab Saudi Lanjutkan Penangkapan Pangeran Lain
Putra Mahkota, Mohammed bin Salman. AFP PHOTO/HO/SPA
Ketika ditanya wartawan New York Times, Kamis, 23 Nopember 2017, dalam sebuah sesi wawancara khusus, apakah penangkapan para tersangka korupsi itu bagian untuk melanggengkan kekuasaan ayahnya?
Mohammed bin Salman menjawab,"Anggapan seperti itu sangat menggelikan."
Baca: Didakwa Korupsi, Pangeran Arab Saudi Kehilangan Rp 13 Triliun
Dia menjelaskan, perlawanan terhadap korupsi harus dilakukan. Sebab Arab Saudi menderita akibat korupsi yang sudah lama terjadi dan melibatkan keluarga kerajaan.
"Negara kami banyak menderita lantaran maraknya korupsi yang dimulai terjadi sejak 1980 hingga sekarang," jelasnya.
Pangeran Alwaleed bin Talal, milioner kaya yang ditangkap Komisi Anti Korupsi Arab Saudi, memiliki dua pesawat pribadi, yaitu Boeing 747-400 dan Airbus A380. Pesawat 747-400 miliknya dirancang ulang dengan sebuah kursi tahta megah dan mewah terletak di tengah ruang tamu. news.gr
Mohammed bin Salman, yang sebentar lagi bakal menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Raja Salman, mengatakan korupsi di Arab Saudi sulit diberantas sebab keluarga kerajaan berada di balik aksi ini.
Menurut hitungan para ahli, Mohammed menjelaskan, sekitar 10 persen anggaran pemerintah dikorupsi setiap tahun oleh pejabat di semua tingkatan, mulai dari level atas hingga bawah.
"Kerajaan Arab Saudi terus menerus melancarkan perang melawan korupsi, tetapi selalu gagal. Kenapa? Karena aksi jahat ini melibatkan semua orang dari atas hingga ke bawah."