TEMPO.CO, Kairo – Kepala Kejaksaan Mesir, Nabil Sadek, mengungkapkan sejumlah temuan pemerintah terkait serangan kelompok teroris Mesir terhadap jamaah Masjid Rawdah di Bir Al-Abed, Sinai Utara, Mesir, yang terjadi pada Jumat, 24 Nopember 2017.
Sekitar 25-30 orang bersenjata datang dengan lima kendaraan sambil membawa bendera Negara Islam. Mereka mengepung mesjid ini.
Baca Juga:
Baca: Korban Teror di Masjid Mesir Pendukung Presiden Sisi Basmi ISIS
“Setelah terjadi ledakan, mereka mengambil posisi di depan pintu masuk termasuk 12 jendela mesjid dan menembaki para jamaah,” begitu dilansir media New York Times, Sabtu, 25 Nopember 2017 waktu setempat.
Mereka juga membakar tujuh mobil untuk mencegah para korban melarikan diri. Ini membuat sekitar 305 orang jamaah tewas, termasuk 27 anak-anak.
Baca: Sejumlah Teroris Tewas Diserang Jet Tempur Mesir
Menurut korban yang selamat dan menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di daerah Ismailia, sebagian jamaah berusaha keluar dari mesjid lewat jendela ketika para teroris menembaki mereka dengan senapan. Sebagian menyaksikan teman dan anggota keluarganya meninggal saat itu.
“Jika mesjid menjadi target, lalu dimana lagi kami akan aman,” kata Mohamed Abdel Salam, 22.
Baca: Jenazah Korban Bom Mesir Bergelimpangan di Masjid
Bagi warga Sinai, menurut NY Times, serangan teroris ini semakin menambah beban hidup mereka. Banyak diantara mereka merasa terperangkap antara kelompok militan yang barbar dan kelompok militer yang kejam.
Bagi para pengamat, serangan teroris di Sinai ini membuat taktik pemerintah dalam menghadapi kelompok ISIS dipertanyakan. Setelah Jenderal Sisi naik sebagai Presiden Mesir lewat pengambil alihan kekuasaan.
“Mesir gagal menyadari bahwa ISIS bukan hanya ancaman teroris,” Andrew Miller, mantan spesialis Mesir dari Dewan Keamanan Nasional yang sekarang bekerja di Proyek Demokrasi Timur Tengah di Washington. “Membunuh teroris tidak cukup. Mereka harus mengusir ISIS agar tidak dapat dukungan penduduk lokal, yang mengakar di sana karena Kairo mengabaikan kawasan Sinai ini.”