TEMPO.CO, Jakarta - Ledakan bom rakitan dan serangan bersenjata dilancarkan kelompok teroris yang tak dikenal di Sinai Utara, Mesir pada Jumat, 24 November 2017. Aksi kejam ini diduga dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) terhadap kelompok muslim beraliran sufi.
Timothy Kaldas, seorang professor di Universitas Nile di Kairo, Mesir berpendapat serangan pada Jumat kemarin memang identik dengan pola serangan yang dimiliki ISIS.
Baca juga: Serangan Teroris di Masjid Mesir, Korban Tewas Mencapai 235 Orang
“Kemungkinan, ini bentuk serangan lain melawan kelompok sufi (kelompok muslim yang mendalami ilmu tasawuf) di Sinai Utara,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Aljazeera pada Sabtu, 25 November 2017.
Sejumlah informasi juga bernada sama pendapat dari Timothy. Masjid Ar-Raudhah diduga menjadi target penyerangan karena menjadi salah satu lokasi ibadah bagi kelompok muslim sufi. Oleh ISIS, kelompok sufi ini dianggap kafir.
Meski demikian, informasi ini belum bisa dipastikan. Sebab, jamaah salat Jumat saat penyerangan itu terjadi juga berasal dari kelompok muslim non-sufi.
Ledakan sendiri terjadi tepatnya di samping Masjid Ar-Raudhah, Markaz Bir El-Abd, kota El-Arish, Sinai Utara, atau sekitar 450 km dari Kairo. Ada 235 orang menjadi korban jiwa dalam insiden berdarah ini. Selain meledakkan bom, kelompok teroris juga dikabarkan menembaki para jamaah yang baru saja menunaikan salat Jumat.
Pasca serangan ini, televisi lokal dari Mesir menayangkan bagaimana tubuh-tubuh mayat yang berlumur darah, tergeletak di lantai masjid. Sebagian dari tubuh korban meninggal ditutupi dengan kain putih dan sebagian lain dibungkus dengan sajadah.
Hingga saat ini, belum diketahui pasti siapa aktor di balik serangan di Sinai, Mesir ini. Namun, sebuah kelompok di daerah setempat yang berafiliasi dengan ISIS mengaku bertanggungjawab atas insiden tersebut.
FAJAR PEBRIANTO | AL JAZEERA