TEMPO.CO, Jakarta -Hotel prodeo, Ritz Carlton di Riyadh, Arab Saudi menjadi arena penganiayaan dan penyiksaan para tersangka korupsi. Enam pangeran Saudi di antara lebih dari 200 tersangka yang ditahan dan menjadi korban penganiayaan dan penyiksaan. Mereka dipukuli, ditendang, dan disiksa sejak dari penangkapan hingga interogasi.
Baca: Arab Saudi Dituding Siksa 2 Pengusaha Tajir Tersangka Korupsi
Enam pangeran itu kemudian dilarikan ke rumah sakit dalam tempo 24 jam sejak mereka ditangkap. Satu di antara enam pangeran itu terpaksa masuk unit perawatan intensif untuk menyelamatkan nyawanya, seperti dikutip dari Middle East Eye, 17 November 2017.
Dua dari enam pangeran yang dikabarkan dianiaya dan disiksa adalah pangeran terkaya Saudi, Alwaleed Bin Talal dan pangeran Mutaib bin Abdullah, Komandan Pasukan Garda Nasional Arab Saudi.
Organ tubuh pangeran bin Abdullah dikabarkan tidak berfungsi baik gara-gara penganiayaan itu. Ia mengalami sakit di bagian jantung, paru-paru, ginjal, dan tekanan darah tinggi.
Baca: Arab Saudi Sewa Tentara Bayaran AS Siksa Tahanan Koruptor?
Seorang petugas rumah sakit mengatakan luka-luka yang ditemukan sebagai upaya bunuh diri. Semuanya seperti kena pukulan parah, namun tak satupun mengalami patah tulang. Tubuh mereka dipenuhi bekas tendangan sepatu militer.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, meskipun baru berusia 32 tahun, memiliki peran dominan untuk urusan militer Saudi, kebijakan luar negeri, serta kebijakan ekonomi dan sosial. AFP/SAUDI ROYAL PALACE/BANDOUR AL-JALOUD
Sedikitnya 17 orang ditahan yang dilarikan ke rumah sakit. Namun jumlah tahanan yang mengalami penganiayaan dan penyiksaan akibat perintah penahanan oleh Mohammed Bin Salman untuk tersangka korupsi.
Seorang dokter di satu rumah sakit terdekat dan pejabat Amerika menjajaki situasi para tahanan. Hasilnya, ada 17 orang tahanna yang membutuhkan perawatan karena perlakuan dari orang-orang yang menahan mereka, seperti dikutip dari New York Times.
Baca: Komandan Pasukan Elit Arab Saudi dan Perwira Tinggi Dianiaya
Menurut sumber Middle East Eye.Net, bahkan satu ruangan di hotel Ritz Carlton telah diisi dengan peralatan medis seperti di rumah sakit. Sehingga para korban penyiksaan tidak harus dibawa ke rumah sakit.
Ternyata, tak hanya hotel Ritz Carlton yang dijadikan rumah tahanan para tersangka korupsi. Hotel lainnya yang dipakai untuk menahan para tersangka korupsi seperti hotel Courtyard dan hotel Diplomatic Quarter yang letaknya tak jauh dari Ritz.
Hotel-hotel ini tidak melayani tamu untuk menginap hingga Desember nanti.
Tak hanya masalah penganiayaan hingga penyiksaan, para tahanan ternyata juga tidak diizinkan berbicara dengan pengacara mereka. Mereka hanya boleh berbicara singkat via telepon ke keluarga mereka, sehingga tidak ada informasi yang bisa diberikan tentang keberadaan mereka atau status mereka sebagai tahanan, seperti dikutip dari New York Times.
Baca: Akademisi: Suksesi di Arab Saudi Timbulkan Krisis Timur Tengah
Juru bicara Kedutaan Arab Saudi di Washington, Fatimah S. Baeshen memastikan aparat Komisi Pemberantasan Korupsi mendapat mandat untuk bekerja secara bertanggung jawab dan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. "Sesuai praktek standar, perawatan medis dan kesehatan disediakan untuk setiap orang yang membutuhkan karena kondisi sebelumnya atau karena usia," ujarnya.