TEMPO.CO, Beirut - Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri, telah menunda pengunduran dirinya. Dia berjanji untuk bekerja sama dengan Presiden Lebanon, Michel Aoun, untuk melindungi negara dan menjaga keamanannya.
"Hari ini, saya menyampaikan pengunduran diri saya kepada Presiden dan dia mendesak saya untuk terus melakukan dialog lebih lanjut mengenai alasan dan dasar-dasar politiknya dan saya menerimanya," kata Hariri, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis, 22 November 2017.
Baca: Hariri Pulang, Rayakan Hari Kemerdekaan Lebanon
Pidato Hariri kemarin dilakukan setelah dia menggelar pertemuan pribadi dengan Aoun di ibu kota, Beirut.
Sebelumnya, berbagai pemimpin di Lebanon, termasuk Aoun, menghadiri sebuah parade militer tahunan untuk merayakan Hari Kemerdekaan ke-74 negara itu di Beirut.
Baca: Eks PM Lebanon Hariri Tiba di Perancis
Hariri kembali ke Lebanon dua pekan setelah dia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri dalam sebuah pidato di televisi dari Arab Saudi.
Dalam pidato pengunduran dirinya, Hariri menyalahkan campur tangan Iran dan kelompok milisi Hizbullah di negara itu. Dia juga mengaku khawatir adanya percobaan pembunuhan. Ayahnya, Rafik Hariri, dibunuh pada 2005 di pusat kota Beirut dengan bom mobil. Sebuah pengadilan internasional mendakwa 5 anggota Hizbullah terlibat dalam kasus ini.
Pengunduran diri Hariri secara mendadak itu dikhawatirkan dapat dengan cepat menjatuhkan Lebanon, sebuah negara dengan stabilitas politik yang rapuh, ke dalam periode ketidakpastian. Itu juga bisa menimbulkan kekhawatiran akan perang potensial antara Arab Saudi dan Iran di garis depan Lebanon. Hariri merupakan politikus dukungan Arab Saudi. Sedangkan Hizbullah dukungan Iran.
Pejabat di Lebanon telah menuduh Hariri disandera oleh pihak berwenang Arab Saudi, sebuah tuduhan yang ditolak Hariri dalam pernyataan publik pertamanya setelah pidato pengunduran dirinya. Politisi Muslim Sunni itu berjanji untuk kembali ke Lebanon sejak saat itu.
Pejabat Lebanon tidak mengakui pengunduran dirinya itu sebelum dia mengajukannya sendiri ke pemerintah Lebanon. Uniknya, saingan politik Hariri, Hizbullah, juga menolak mengakui pengunduran dirinya itu.
Dalam pidato di televisi, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menuduh Arab Saudi memaksa Hariri mengundurkan diri dan menahannya di Riyadh. Pemerintah persatuan Lebanon, yang dibentuk Hariri setahun yang lalu, berisikan menteri termasuk dari Hizbullah.
Banyak seruan dunia internasional untuk stabilitas di Lebanon, dengan Amerika Serikat memperingatkan kekuatan regional untuk tidak menggunakan negara itu untuk konflik proxy. PBB juga meminta stabilitas di Lebanon.
Pada hari Sabtu, 18 November 2017, Hariri berangkat ke Paris untuk bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Di sana, dia mengumumkan akan mengambil bagian dalam perayaan Hari Kemerdekaan Lebanon.
AL JAZEERA|GUARDIAN