TEMPO.CO, Washington -- Lembaga pemantau krisis makanan bentukan Amerika Serikat memprediksi kelaparan bakal meluas di Yaman karena blokade ekonomi, yang dipimpin Arab Saudi. Blokade ini telah berlangsung selama lebih dari dua pekan.
Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan AS (Famine Early Warning System Network atau Fews Net) mengatakan pemblokiran terhadap sejumlah pelabuhan di Yaman bisa menyebabkan gangguan suplai makanan secara meluas hingga masuk ke level 5. Ini artinya kelaparan itu akan meluas hingga ke seluruh Yaman.
Baca: Miliader Arab Saudi Serempak Jual Aset, Takut Dituding Korupsi
Kategori Level 5, yang berarti kelaparan meluas, digunakan oleh lembaga bantuan kemanusiaan untuk mengantisipasi potensi kondisi darurat yang terjadi akibat kelaparan. Definisi kelaparan ini berarti satu dari lima rumah tangga mengalami kekurangan suplai makanan dan kebutuhan dasar lainnya. Ini membuat warga terancam keselamatan jiwanya.
Baca: Arab Saudi: Mohammed bin Salman Ditelepon Amerika, Ini Isinya...
"Pejabat dari beberapa lembaga bantuan kemanusiaan mengatakan tujuh juta rakyat Yaman terancam kelaparan," begitu dilansir media New York Times, Selasa, 21 Nopember 2017, waktu setempat. Yaman merupakan negara termiskin di Jazirah Arab.
Pemerintah Arab Saudi memimpin koalisi militer untuk mengalahkan kelompok Houthi, yang didukung Iran dan berkuasa saat ini. Menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada 20 juta dari total 27 warga Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Sekitar dua pekan lalu, Koordinator bantuan kemanusiaan dari PBB, Mark Lowcock, mengatakan blokade ini harus dibuka agar suplai bahan makanan bisa kembali masuk ke Yaman. Jika ini tidak dilakukan, maka Yaman akan mengalami kelaparan terbesar, yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade terakhir di dunia.
Juru bicara Fews Net, Marie Maroun, mengatakan,"Kondisi ini sudah terjadi dan keprihatinan kami meningkat secara signifikan." Saat ini, sekitar 80 persen kebutuhan dasar Yaman harus diimpor terutama lewat pengiriman oleh kapal barang. Dan blokade oleh Arab Saudi ini mempersulit pengiriman barang ini.
NEW YORK TIMES