TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly berkunjung ke Kalimantan Barat untuk memantau langsung WNI di perbatasan Malaysia, Selasa, 21 November 2017
Menteri Retno dan Yasonna memantau pelayanan dan perlindungan WNI yang tinggal di Pos Lintas Batas Negara atau PLBN Entikong, Kalimantan Barat, yang menjadi pintu pelintasan utama WNI menuju ke Serawak, Malaysia dan Brunei Darussalaam.
Baca: Cara TNI Bujuk Warga Perbatasan Indonesia dan Malaysia
Baik Rini maupun Yasonna meminta aparat dari berbagai instansi yang bertugas di perbatasan agar memperkuat upaya pencegahan TKI tidak berdokumen serta WNI korban perdagangan manusia ke wilayah Malaysia melalui jalur Entikong-Tebedu.
"Negara harus hadir di perbatasan sebagai pintu terakhir pastikan WNI bermigrasi dengan aman", pesan Menlu Retno kepada aparat yang bertugas di pos pelintasan, seperti dilansir Siaran Pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada 21 November 2017.
Menurut data Kemenlu, sekitar 700 hingga 800 WNI masuk ke Malaysia dan Brunei Darussalaam melalui jalur Entikong-Tebedu setiap harinya. Rata-rata sekitar 2000 WNI tidak berdokumen dideportasi dari Serawak melalui jalur tersebut setiap tahunnya.
Baca: Seberapa Sering Malaysia Melanggar Wilayah Indonesia?
Sementara menurut Imigrasi Malaysia, saat ini terdapat sekitar 155 ribu WNI bekerja secara resmi di wilayah Serawak. Jumlah tersebut merupakan 95 persen dari seluruh tenaga kerja asing yang ada di Serawak. Adapun jumlah TKI tidak berdokumen diperkirakan sekurangnya 20 ribu. Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, selain arus TKI tidak berdokumen, perbatasan Kalimantan Barat - Serawak belakangan juga banyak dijadikan rute perdagangan manusia dari Indonesia ke Timur Tengah.