TEMPO.CO, Harare -- Ribuan rakyat Zimbabwe turun ke jalan-jalan di ibu kota Harare untuk menuntut pengunduran diri Presiden Robert Mugabe pada Sabtu, 18 Nopember 2017.
"Seluruh bangsa merayakan hari ini. Akhirnya, kita sampai juga bisa menyingkirkan orang tua itu," kata Tanashe, salah satu warga Harare kepada CNN.
Baca: Partai Desak Mugabe Mundur sebagai Presiden Zimbabwe
Ini menandai semakin besar tekanan kepada pemimpin berusian 93 tahun itu, yang telah memimpin Zimbabwe selama 37 tahun terakhir.
Para demonstran membawa berbagai plakat dan spanduk dengan slogan "Mugabe harus beristirahat sekarang" dan "No to Mugabe Dynasti".
Baca: Ini Kronologi Kudeta Mugabe oleh Militer Zimbabwe
Aksi unjuk rasa ini berlangsung setelah kelompok militer Zimbabwe melakukan kudeta pada Selasa, 14 Nopember 2017, dan menahan Zimbabwe di rumah.
Masyarakat terlihat mengibarkan bendera Zimbabwe sambil sebagian lainnya berlari-lari di sekitar tank milik tentara. Sebagian warga digambarkan memeluk tentara sebagai wujud ungkapan terima kasih. Polisi tidak terlihat di jalan-jalan untuk mengamankan jalannya unjuk rasa.
Soal unjuk rasa ini, juru bicara kelompok militer, Jenderal S.B. Noyo mengatakan,"Ya kami menyatu tapi pahamilah bahwa kami melakukan ini untuk mengatasi musuh-musuh Zimbabwe." Dia mengatakan ini sambil berdiri di tengah kerumunan demonstran.
Namun, Mugabe masih belum mau mengundurkan diri hingga berita ini diturunkan kemarin. Proses negosiasi antara Mugabe dan militer masih berlangsung.
"Mugabe dikabarkan bertemu dengan kepala militer, Jenderal Constantino Chiwenga, untuk mendiskusikan apa yang akan terjadi berikutnya," kata sumber kepada CNN. "Chiwenga mendesak Mugabe mengundurkan diri agar digantikan Presiden sementara."
Kisruh politik Zimbabwe dimulai saat Mugabe memberhentikan wakil presiden. Ini karena Mugabe ingin istrinya, Grace Mugabe, menggantikannya sebagai Presiden Zimbabwe.
CNN