TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Korea Utara kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak akan berunding dengan Amerika Serikat selama latihan militer gabungan Amerika-Korea Selatan terus berlanjut.
Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Han Tae-song, mengatakan program senjata nuklir Pyongyang akan tetap menjadi andalan untuk menghadapi ancaman nuklir Amerika. Dia juga menyebutkan tidak akan menggubris sanksi baru oleh pemerintah Donald Trump, termasuk soal Korea Utara ditambahkan ke daftar negara yang mensponsori terorisme.
Baca: Tentara Korea Utara yang Membelot Terkena Parasit
"Selama ada kebijakan bermusuhan yang terus-menerus melawan negara kami oleh Amerika dan selama ada latihan perang terus di depan pintu kami, tidak akan ada negosiasi," tegas Han, seperti dilansir Reuters pada 17 November 2017.
Baca: Cina Kirim Utusan ke Korea Utara, Ini Kata Pengamat
Han juga menuturkan tidak memiliki informasi mengenai kapan Korea Utara akan menguji rudal balistik lagi setelah yang terakhir dilakukan dua bulan lalu.
Dia juga mengatakan seruan dari sekutu Korea Utara, Cina, untuk membekukan aset Pyongyang atas permintaan Trump tidak akan berpengaruh.
Trump, ucap Han, diperkirakan akan mengumumkan sanksi lebih lanjut terhadap Korea Utara, yang dianggapnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia skala besar.
"Jelas bahwa tujuan sanksi tersebut adalah menggulingkan sistem negara kami dengan mengisolasi dan mencekiknya serta dengan sengaja membawa bencana kemanusiaan," ujarnya.
Pernyataan itu diberikan sebagai tanggapan setelah Korea Selatan dan Amerika pada hari yang sama bersepakat untuk terus berupaya mengakhiri krisis nuklir Korea Utara secara damai. Namun seorang utusan Washington menuturkan sulit untuk mengukur maksud Korea Utara yang tertutup karena tidak ada “sinyal” komunikasi.
REUTERS