TEMPO.CO, Jakarta -Pangeran Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammad bin Salman menjadi sorotan dunia atas reformasi yang dilakukannya beberapa minggu terakhir. Berikut 4 fakta kontraversi yang perlu diketahui tentang MBS, julukan untuk pangeran mahkota berusia 31 tahun ini.
1. MBS dilaporkan ikut bermain dalam kekisruhan diplomatik negara-negara Teluk dengan Qatar.
Pangeran Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan, 56 tahun, bergabung dengan MBS untuk menentang Qatar. Kedua pangeran mahkota ini memperkuat dirinya sebagai pemimpin muda baru di Timur Tengah.
"Sikap mereka berbeda dengan pemimpin-pemimpin Teluk Arab yang beberapa dekade membiarkan krisis lapuk dengan perdamaian yang berlarut-larut," mengutip Haaretz, 6 November 2017.
Dan kedua pangeran mahkota ini sekarang punya musuh yang juga berusia muda yang menjadi pemimpin Qatar, yakni Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani. Ia mengambil alih kekuasaan ayahnya saat berusia 33 tahun pada tahun 2013.
2. Krisis Kemanusiaan di Yaman
Saat perang saudara di Yaman yang menimbulkan krisis kemanusiaan terparah di Timur Tengah, MBS menjabat sebagai menteri pertahanan Aran Saudi. Dan Arab Saudi mengakui telah menjatuhkan bom kluster buatan Inggris di Yaman.
Remaja bernama Saida Ahmed Baghili 18, yang menderita malnutrisi akut, duduk di tempat tidur di rumah sakit al-Thawra di kota pelabuhan Laut Merah, Hodeidah, Yaman, 24 Oktober 2016. Gadis ini berhasil lepas dari gizi buruk yang dideritanya. REUTERS
Adapun Inggris telah menghentikan penggunaan bom kluster tahun 1989 dan kemudian menandatangani konvensi internasional untuk tidak menggunakan bom kluster lagi demi alasan kemanusiaan tahun 2008.
MBS berkunjung ke Amerika Serikat sebulan sebelum Presiden Donald Trump berkunjung resmi ke luar negeri pertama kali termasuk ke Arab Saudi pada Mei lalu. Dari hasil pertemuan itu, Trump mengumumkan penjualan senjata terbesar dalam sejarah dengan nilai total $ 110 miliar.
Penjualan senjata Amerika untuk Saudi itu meliput tank, perlengkapan artileri, sistem radar, kendaraan pengangkut aparat militer, helikopter Blackhawk, dan rudal Patriot. Dicurigai, Saudi akan menggunakan peralatan militer itu dalam pertempuran di Yaman.
Pada 15 Juni lalu, Dewan Keamanan PBB secara bulat menyerukan gencatan senjata antara pasukan koalisi pimpinan Saudi dengan pasukan Presiden Yaman dan milisi Houthi.
3. Arab Saudi dan ISIS
Arab Saudi telah berulang kali dituding mendukung kelompok esktrimis bahkan ISIS. Berperan sebagai menteri pertahanan dan juga mendorong reformasi ekonomi, MBS dalam posisi sulit sejak aturan yang dibuatnya bergantung pada ulama yang mengajar di sekolah Wahhabi sunni Islam.
Seorang bocah pengungsi Suriah menunjukkan gambar rumah impiannya saat berada di penampungan pengungsi di Nizip bersama ibu dan kedua saudaranya di Gaziantep, Turki, 13 Desember 2015. Konflik Suriah membawa luka mendalam bagi anak-anak Suriah yang terpaksa meninggalkan rumahnya dan menjebak mereka dalam pertumpahan darah tersebut. REUTERS/Umit Bektas
Dan, pada Juni 2013 laporan dari Parlemen Eropa menyatakan Wahabisme merupakan sumber utama terorisme global. Laporan ini juga menemukan data bahwa Arab Saudi telah mengelontorkan dana lebih dari US$ 10 juta untuk mempromosikan ajaran ini ke seluruh dunia melalui kegiatan amal.
4. Membeli kapal pesiar saat mendorong penghematan.
Pangeran mahkota Saudi ini dikritik habis atas pembelian kapal pesiar super mewah senilai US$ 550 juta saat Arab Saudi memberlakukan langkah-langkah penghematan yang drastis. Kapal pesiar mewah ini dibeli dari taipan Rusia, Yuri Shefler saat liburan di Prancis bagian selatan pada Oktober 2016.
Di periode yang sama dengan pembelian kapal pesiar mewah itu, pangeran mahkota ini telah membekukan sejumlah kontrak kerja pemerintah dan memotong pengeluaran kapital Arab Saudi sebesar 71 persen.