TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi berharap tidak berperang melawan Iran meskipun meminta kepada masyarakat internasional menerapkan sanksi atas dukungan Negeri Mullah itu terhadap terorisme.
Perang kata antara Riyadh dan Teheran meningkat menyusul penembakan misil balistik oleh Houthi Yaman terhadap Riyadh pekan lalu.
Baca: PM Lebanon Mundur, Tuding Iran Bikin Rusuh Dunia Arab
Peluncuran misil Iran Qiam-1. AP/Iranian Defense Ministry,Vahid Reza Alaei, HO
Menurut Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, Iran adalah negara sponsor nomor satu terorisme.
"Iran memberikan dukungan terhadap terorisme," kata Jubeir dalam sebuah wawancara dengan televisi Amerika Serikat CNBC yang diudarakan pada Kamis, 9 November 2017.
Pada kesempatan wawancara tersebut, dia mengutuk Iran atas program misil balistik dan dukungannya terhadap gerakan Syiah Hizbullah Lebanon.
"Kami ingin melihat sanksi internasional itu diterapkan terhadap Iran karena mendukung terorisme serta pelanggarannya atas resolusi misil balistik yang ditetapkan PBB," ucap Jubeir.
Ketika ditanya apakah Arab Saudi menuju konfrontasi langsung dengan Iran, Jubeir menjawab, "Kami berharap tidak perang melawan Iran."
Pernyataan Jubeir itu disampaikan setelah Arab Saudi dituding memaksa Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengundurkan diri.Saad al-Hariri. REUTERS
Tuduhan tersebut dilontarkan oleh pemimpin Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, dan Iran selaku pendukungnya beberapa jam setelah Hariri menyatakan mundur di Riyadh .
Hariri mengundurkan diri di Riyadh pada Sabtu, 4 November 2017, menyusul kisruh politik di Lebanon. Dalam pidato pengunduran dirinya, Hariri mengatakan dia diancam dibunuh.
Baca: Arab Saudi: Lebanon Deklarasikan Perang
Sejumlah rumor yang berkembang menyebutkan, tak lama setelah Hariri mengundurkan diri, dia menjalani tahanan rumah di Arab Saudi namun kabar tersebut dibantah Riyadh.
AL JAZEERA