TEMPO.CO, Texas -- Wakil Presiden, Mike Pence, berjanji kepada warga Sutherland Spirngs, Texas, bahwa pemerintah akan mencari tahu penyebab terjainya penembakan massal itu. Dan dia berjanji akan mencari tahu mengapa pelaku bisa membeli senjata api meskipun memiliki sejarah masa lalu yang berbahaya.
Pence juga berjanji akan bekerja sama dengan Kongres untuk mencegah hal ini tidak terjadi lagi di masa depan. "Tiga hari lalu, iblis turun ke kota kecil ini dan ke gereja kecil ini," kata Pence sambil berdiri di jalan di depan Gereja First Baptist, yang menjadi lokasi tewasnya 26 orang jemaat, Rabu, 9 Nopember 2017 waktu setempat.
Baca: Teror di Texas, 26 Orang Tewas Ditembak saat Beribadah di Gereja
Seperti diberitakan seorang lelaki bernama Devin P. Kelley menembaki jemaat gereja yang sedang beribadah. Korban yang tewas berumur lima hingga 70 an tahun. Kelley memiliki riwayat melakukan tindak kekerasan di rumah terhadap istri dan anak tirinya. Dia juga pernah mengancam akan membunuh atasannya saat masih bertugas di Angkatan Udara Holloman Air Base.
Baca: Penembak Gereja Texas Pernah Dirawat di RSJ
"Dia berbohong dalam berkas permohonannya. Dia punya sejarah sakit mental. Dan juga ada kegagalan birokrasi di sini," kata Pence, yang menjanjikan ada investigasi oleh angkatan udara dan kelar dalam hitungan hari dan bukan bulan.
Pence merupakan pejabat tertinggi AS yang mengunjungi lokasi penembakan massal ini. Dia datang bersama istrinya. Pada saat kejadian, Presiden AS, Donald Trump, baru saja tiba di Tokyo Jepang dalam kunjungan 12 hari ke lima negara Asia. Trump mengutuk kejadian ini dan menyebutnya sebagai tindakan iblis.
Pence mendatangi rumah sakit tempat para korban dirawat, bertemu dengan polisi setempat dan melakukan doa bersama di sebuah sekolah menengah atas. Dia juga memeluk keluarga para korban. "Seluruh negara berdoa untuk kalian," kata dia kepada keluarga korban penembakan massal itu.
WASHINGTON POST