TEMPO.CO, Tokyo -Presiden Donald Trump mengeluhkan defisit perdagangan yang besar antara Jepang dan Amerika Serikat pada hari keduanya di Tokyo. Saat bertemu dengan para pemimpin bisnis di Jepang, Senin, 6 November 2017, Trump mendorong agar perdagangan antara kedua negara dilakukan dengan lebih adil dan terbuka.
Trump mencatat bahwa selama beberapa dekade terakhir, Jepang telah menang dan Amerika Serikat telah mengalami defisit perdagangan besar-besaran dengan Jepang.
Baca: Donald Trump Tiba ke Jepang, Ini Kata Survei Opini Warga
"Kami ingin perdagangan yang adil dan terbuka, tapi saat ini perdagangan kita dengan Jepang tidak adil dan tidak terbuka," kata Trump, seperti yang dilansir Washington Post pada 6 November 2017.
Pernyataan Trump diberikan sehari setelah dia menyampaikan pidato kepada ratusan tentara Amerika di Pangkalan Udara Yokota. Meskipun dia tidak pernah menyebutkan nama Korea Utara, Trump menawarkan pesan yang sama kuat, yang berfokus untuk mendorong wilayah tersebut untuk membendung ambisi nuklir Pyongyang.
Baca: Ini Kata Profesor Jepang Soal Donald Trump dan Shinzo Abe
Trump juga telah dijadwalkan untuk bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Keduanya dijadwalkan akan membahas keamanan, perdagangan dan dilanjutkan dengan konferensi pers.
Meski belum menyebut nama Korea Utara selama di Asia, namun pada saat masih di pesawat, Trump mengatakan dia berencana untuk memberi label Korea Utara sebagai negara sponsor terorisme. Korea Utara selama 10 tahun masuk dalam daftar negara yang mensponsori terorisme. Nama Korea Utara dihapus dari dalam daftar itu oleh Presiden George W. Bush tahun 2008 sebagai syarat untuk memeriksa nuklir Korea Utara. Namun Pyongyang melanggar kesepakatan tersebut.
Baca: Ini 6 Point Penting Kunjungan Trump ke Jepang
Tapi Trump juga menyebut warga negara Korea Utara sebagai orang-orang hebat.
"Mereka rajin, mereka hangat, jauh lebih hangat daripada dunia yang benar-benar tahu dan mengerti," katanya.
Saat diwawancara wartawan kemarin, Donald Trump mengatakan bahwa dia akan terbuka untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Kim Jong Un tentang program nuklirnya.