TEMPO.CO, Jakarta - Militer Arab Saudi mengklaim berhasil mencegat tembakan misil pemberontak Houthi Yaman yang melintas di atas langit Riyadh, Sabtu malam, 4 November 2017, waktu setempat.
"Misil itu kami cegat di timur laut Riyadh," kata kantor Kementerian Pertahanan Arab Saudi dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi Al-Arabiya, yang dikelola pemerintah.
Klaim Arab Saudi itu terkait dengan pernyataan Menteri Pertahanan Yaman yang mengatakan, serangan misil, yang mereka tembakan, mengejutkan Riyadh dan operasi tersebut sukses.
Baca: Arab Saudi Kerahkan Pasukan ke Aden Yaman
Anggota militer Arab Saudi memberikan hormat saat mengikuti parade militer dalam persiapan untuk haji tahunan di kota suci Mekkah 5 September 2016. REUTERS/Ahmed Jadallah
"Serangan itu menggunakan misil buatan Yaman bernama Burkan 2H," ucapnya.
CNN dalam laporannya menulis misil itu diluncurkan dengan sasaran lapangan terbang internasional Raja Khalid di Riyadh.
"Untuk pertama kalinya jantung Ibu Kota Arab Saudi diserang dan merupakan eskalasi besar dari perang ini," tulis CNN melaporkan.
Dalam berbagai pemberitaan, pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas sebuah ledakan keras di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu, 4 November.
Mereka mengatakan tembakan itu berasal dari sebuah misil balistik jarak jauh yang sanggup terbang dengan jarak 800 kilometer hingga ke wilayah Arab Saudi.
Para pasukan militer Arab Saudi, bersiaga dengan senjata di tangan. Militer Arab Saudi termasuk salah satu negara, yang memiliki anggaran militer yang cukup besar. Jizan, Arab Saudi, 13 April 2015. Carolyn Cole/Getty Images
Juru bicara pemberontak Yaman mengatakan kepada Al Jazeera, mereka meluncurkan sebuah misil Burkan 2-H, misil tipe Scud dengan jarak tempuh 800 kilometer, menuju Riyadh pada Sabtu, 4 November.
Baca: PBB Masukkan Arab Saudi Daftar Hitam Pembunuh Anak di Yaman
"Ibu kota negara yang suka menguliti kita, membunuhi orang-orang tak berdosa, akan menjadi sasaran tembak misil kami," kata juru bicara pemberontak berkomentar soal Arab Saudi.
CNN | AL JAZEERA