TEMPO.CO, Jakarta - London -- Pengunduran diri Menteri Pertahanan Inggris, Sir Michael Fallon, secara tiba-tiba pada akhir bulan lalu karena tersangkut kasus skandal pelecehan seksual belum berakhir.
Penggantinya, Gavin Williamson, juga mengejutkan berbagai kalangan di Inggris, bahkan para pejabat Partai Konservatif, yang merupakan basis Perdana Menteri Theresa May.
Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon. REUTERS
Baca: Gavin Williamson Jadi Menhan Inggris, Gantikan Sir Michael Fallon
Baca: Ini Kata Korban Pelecehan Seksual kepada Menhan Inggris
Seorang anggota parlemen perempuan dari Partai Konservatif menggambarkan Williamson sebagai "Orang busuk yang melayani dirinya sendiri." Citra buruk ini ditambah dengan pilihan piaran Williamson yang dibawanya ke kantor yaitu seekor tarantula yagn dinamai Cronus.
Presiden RI, Jokowi (dua kiri), didampingi Gubernur DKI Jakarta, Ahok (kanan), bersepeda dengan Wali kota London, Boris Johnson (dua kanan) dan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (kiri), di Jalan Thamrin dalam Car Free Day di Jakarta, 30 November 2014. Kegiatan ini merupakan rangkaian kunjungan Wali Kota London ke Jakarta. TEMPO/Dasril Roszandi
Lalu siapa Gavin Williamson ini? Karir politiknya mulai bersinar ketika dia terpilih sebagai sekretaris dari Perdana Menteri David Cameron pada 2013 -- 2016. Giles Kenningham, mantan kepala polisi David Cameron, mengatakan,"Dia (Gavin) memahami denyut jantung partai. Dia mempunyai pengetahuan yang mendalam dan detil mengenai apa yang terjadi. Dia bekerja melobi di ruang teh dan bar. Dia tahu semua orang."
Sebelum menjadi menhan, Williamson menempati posisi sebagai Chief Whip, yaitu posisi semacam kepala staf partai yang bertugas mengkoordinir anggota Partai Konservatif agar mendukung penuh semua kebijakan pemerintahan PM Theresa May di parlemen.
Williamson dikabarkan sempat bersumpah ketika Cameron mengundurkan diri akan berupaya mati-matian mencegah Boris Johnson, walikota London saat itu, agar tidak menjadi PM menggantikan Cameron.
Williamson lekas berganti patron dengan meminta ijin Cameron untuk membantu Theresa May sebagai PM Inggris baru. Dia menelpon Theresa May, yang saat itu masih menjadi menteri Dalam Negeri dan menawarkan jasanya. Sehari kemudian, Williamson diundang untuk menjadi manajer kampanye untuk urusan parlemen bagi Theresa May. "Saya benar-benar terkejut. Tapi saya segera menerima tawaran ini," kata Williamson belakangan.
Mantan Pendana Menteri Ingggris David Cameron bersama istrinya, Samantha melambaikan tangan kepada wartawan saat meninggalkan tempat tinggal dan kantornya di Downing Street 10, Inggris. REUTERS/Stefan Wermuth
Ketika Theresa May berhasil terpilih menjadi PM Inggris menggantikan Cameron, Williamson langsung mendapat imbalan: menjadi Chief Whip, hanya beberapa pekan setelah ulang tahunnya yang ke 40. Ini merupakan posisi sangat strategis karena dia bisa menghadiri rapat rutin harian pukul 8.30 am di lingkaran dalam PM.
Posisi Chief Whip ini menjadi prestasi tertinggi sebelum menjadi menhan bagi Williamson, yang enam tahun lalu terpilih sebagai anggota parlemen. Dia sebenarnya dibesarkan oleh orang tua pendukung Partai Buruh di daerah Scarborough, North Yorkshire. Dia belajar ilmu sosial di Universitas Bradford dan menikah dengan Joanne, yang merupakan seorang guru sekolah dasar. Mereka dikaruniai dua orang putri.
Sebelum terjun ke politik, Williamson merupakan salah satu pemilik dari bisnis keramik di Staffordshire dan kemudian menjadi direktur dari sebuah perusahaan desain arsitektur.
Menhan Inggris, Gavin Williamson. REUTERS
Williamson sempat gagal menjadi wakil rakyat dari daerah Blackpool North dan Fleetwood pada 2005. Dia memenangkan kursi Staffordshire selatan pada 2010 hingga tahun ini.
Karakter Williamson dalam berpolitik dipotret dalam acara docudrama BBC2 yang berjudul Theresa v Boris: How May Became PM. Williamson digambarkan sebagai seorang politisi yang kejam dan culas seperti Machiaveli.
"Saya akan pecat kamu lalu saya akan kebiri kamu, ya? begitu salah satu dialog dalam docudrama ini saat Williamson dikabarkan mengancam seorang anggota parlemen Partai Konservatif yang tidak mendukung Theresa May pada proses perebutan posisi Perdana Menteri.
Kesan mengerikan ini semakin muncul karena Williamson sengaja membawa piaraan tarantula ke kantornya dan diletakkan di sebuah kotak kaca di meja kerjanya. Tarantula ini dinamai Cronus, yang merupakan tokoh Yunani dan dikenal jahat karena menyunat ayahnya dan memakan anak-anaknya sendiri.
Pengelola gedung parlemen meminta Williamson membuang piarannnya itu. Tapi team Williamson membujuk pengelola gedung bahwa piaraan itu justru diperlukan.
"Anda harus melihat berbagai cara agar orang-orang mau mendukung kebijakan pemerintah Inggris," kata Williamson. "Cronus itu contoh sempurna dari seorang pembunuh yang bersih dan kejam," kata Williamson menambahkan