TEMPO.CO, Washington -- Upaya negosiasi antara pemerintah Amerika Serikat dengan rezim Korea Utara terus berlangsung di belakang layar.
Ini terjadi meskipun Presiden AS, Donald Trump, terang-terangan mengatakan upaya diplomasi dengan negara komunis itu hanya sia-sia saja seperti yang dialami Presiden AS sebelumnya.
Baca: Kim Jong Un Perintahkan Semua Warga Korea Utara Keluar dari Cina
Negosiator top AS, Joseph Yun, melakukan operasi diplomasi terselubung dengan mendekati utusan pemerintah Korea Utara di Perserikatan Bangsa-Bangsa di kota New York, AS.
Baca: Pertama Kali 3 Kapal Induk Amerika Berkumpul Dekat Korea Utara
"Proses pendekatan ini terus berlangsung ditengah perang kata dan hinaan antara pemimpin kedua negara, yang bisa berujung pada konflik militer terbuka," kata seorang pejabat AS kepada Reuters, 1 Nopember 2017.
"AS meminta agar uji coba nuklir dan peluncuran rudal dihentikan dulu."
Joseph Yun, yang merupakan salah satu pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri AS, menggunakan istilah "New York Channel" atau "Jalur New York" untuk menembus kebuntuan yang terjadi antara Presiden Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, juga telah mengatakan proses diplomasi kedua negara masih terus berlangsung hingga jatuhnya bom pertama, yang menandai dimulainya perang terbuka antara AS dan Korea Utara.
"Upaya ini (diplomasi) sama sekali tidak dibatasi baik dalam frekuensi pertemuan maupun substansi yang dibahas," kata sumber Reuters di Kemenlu AS.
Perwakilan Khusus AS untuk Kebijakan Korea Utara Joseph Yun (R) menjawab pertanyaan dari wartawan setelah bertemu dengan juru runding nuklir Jepang dan Korea Selatan untuk membicarakan masalah Korea Utara di rumah tamu Iikura di Tokyo, Jepang 25 April 2017. REUTERS
Menurut Reuters, upaya diplomasi ini ternyata terus berlangsung dibalik layar meskipun ada berbagai pernyataan Trump, pergerakan senjata Korea Utara, dan sinyalemen dari pejabat Korea Selatan bahwa upaya diplomasi melambat bahkan dibatasi.
Hingga Nopember ini, Korea Utara telah melakukan uji coba peledakan bom nuklir keenam pada tahun ini, yang memiliki daya hancur paling besar. Negara komunis yang serba tertutup itu juga telah meluncurkan beberapa rudal balistik jarak menengah dan jauh, yang bisa mencapai daratan AS.
Awalnya, juru runding Joseph Yun hanya mendapat mandat untuk mengupayakan pembebasan warga negara AS, yang disandera. "Namun saat ini mandat yang diberikan menjadi lebih besar," kata pejabat Kemenlu ini. Ia enggan memastikan apakah mandat yang diperluas ini termasuk untuk membicarakan perlucutan senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara.
Ada perkembangan menarik di AS baru baru ini menyangkut upaya penyelesaian konflik dengan Korut. Para senator dari Partai Demokrat mengajukan rancangan undang-undang untuk membatasi kewenangan Presiden Trump.
Ini dilakukan agar Trump tidak bisa menggunakan kewenangannya sebagai Presiden AS untuk meluncurkan rudal nuklir lebih dulu terhadap Korea Utara sebagai preemptive strike. Ini menjadi perkembangan politik paling siginifikan menjelang Tur Asia Trump dua hari lagi ke Asia, termasuk Jepang, Korsel dan Cina.