TEMPO.CO, Jakarta - Ulama Prancis, Tariq Ramadan, yang disebut-sebut pernah melakukan kekerasan seks oleh Henda Ayari, bakal melakukan gugatan balik.
Pria 55 tahun yang kerap muncul di BBC dan saluran Channel 4 menolak segala tudingan Ayari sebagaimana didakwakan jaksa di Prancis.
Ayari mengaku pernah mendapatkan kekerasan seks oleh Ramadan di sebuah hotel di Paris pada 2012, tetapi hingga saat ini dia tidak pernah melaporkan kasus tersebut kepada kepolisian.
Baca: Ulama Mesir Dilarang Masuk Prancis
Pada Jumat, 20 Oktober 2017, perempuan mantan ekstrimis muslim itu mengeluh kepada kantor kejaksaan di kota tempat tinggalnya, Rouen, pernah mendapatkan kekerasan seks yang dilakukan oleh Ramadan.
Selain melaporkan kasusnya, Ayari berkali-kali melakukan tudingan terhadap Ramadan melalui media sosial. Selanjutnya, kasus tersebut mendapatkan liputan koran-koran di dunia.Henda Ayari. Dailymail.co.uk
Dalam tulisannya di laman Facebook, Ayari mengatakan sengaja tidak melaporkan kasusnya ke polisi karena dia takut keamanannya terancam. Menurutnya, Ramadan mengancam membunuh anak-anaknya jika dia melaporkan ke polisi.
"Ketika saya mengancam melaporkan ke polisi dan mengungkapkan kekerasan seks terhadap saya, dia kembali mengancam saya dan anak-anak saya. Saya ketakutan sehingga tidak berani mengatakan apapun," ucap Ayari.
Cerita kekerasa seks Ayari ini menjadi perhatian sejumlah media lantaran terkait dengan seorang ulama dan intelektual muslim di Prancis.
Media yang memberikan pemberitaan itu antara lain Le Monde dan Le Figaro, Times di Inggris dan New York Times di Amerika Serikat.
Ramadan yang sekarang ini menjadi guru besar kontempore studi Islam di Oxford merencanakan menggugat Ayari karena dianggap melakukan penghinaan.
Seorang sumber yang dekat dengan Ramadan mengatakan, Ayari adalah kritikus ideologis Ramadan. Dia pasti akan melawan tudingan keji tersebut dan akan membuktikan bahwa tuduhan Ayari tak berdasar.
Ramadan termasuk 100 orang yang paling berpengaruh versi majalah Times. Namun, di masa lalu, dia dianggap sebagai ekstrimis Islam yang menampilkan diri sebagai orang moderat.
Baca: Prancis Larang Ulama Mesir Ikut Konferensi Islam
Pria kelahiran Swiss ini adalah cucu Hasan al Banna, pendiri gerakan Islam Ikhwanul Muslimun di Mesir. Organisasi ini dilarang di Mesir dan Inggris.
Ayari sebelumnya adalah perempuan memilih garis keras dalam kelompok Islam atau disebut dengan kaum salafi. Tetapi berubah dan menyatakan diri sebagai liberal muslim ketika ada peristiwa serangan terhadap Charlie Hebdo di Prancis pada 2015. Saat itu juga dia kabur dari suami dan meninggalkan ketiga anaknya.
DAILY MAIL | CHOIRUL AMINUDDIN