TEMPO.CO, Jakarta - Situasi Semenanjung Korea terus memanas dengan perang pernyataan berlanjut antara rezim Korea Utara pimpinan Kim Jong-un dan pemerintah Amerika Serikat.
Kali ini serangan verbal datang langsung dari Direktur Central Intelligence Agency (CIA) Mike Pompeo.
Baca: Korea Utara Ungkap Niat CIA Bunuh Kim Jong-un Pakai Racun
“Dengan hormat ke.. Jika Kim Jong-un menghilang, melihat rekam jejak CIA, maka saya tidak akan bicara apa-apa soal itu,” kata Pompeo dalam sebuah Forum Diskusi Keamanan Nasional ketika ditanya jika Kim Jong-un tiba-tiba menghilang, Jumat, 22 Oktober 2017. Forum ini digelar oleh lembaga Foundation for Defence of Democracies.
Baca: Disebut Gendut oleh Senator Amerika, Kim Jong-un Murka
Menurut media South China Morning Post, yang melansir berita ini, lembaga intelijen Amerika itu memiliki rekam jejak sejarah gelap dalam keterlibatan membuat plot untuk menjatuhkan pemerintah atau menghilangkan pemimpin di negara-negara, seperti Iran, Kuba, Kongo, Vietnam, dan Cile.
Pompeo menyebutkan, penilaian CIA terhadap Kim Jong-un bahwa dia seorang pelaku politik yang berusaha berkuasa lama dan berharap bisa bangun tidur tiap hari di ranjangnya sendiri.
“Misi utama Kim Jong-un adalah bertahan untuk berkuasa,” kata dia. Namun, Pompeo juga tercatat pernah mengatakan akan merevitalisasi kegiatan operasional lapangan CIA pada Januari 2017.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, bersama para stafnya saat mengunjungi Pabrik Sepatu Ryuwon di Pyongyang, 19 Oktober 2017. KCNA/via REUTERS
“Kami akan menjadi lembaga yang jauh lebih kejam,” kata Pompeo, yang memimpin lembaga intelijen dengan kegiatan operasional global.
Mike Pompeo juga mengatakan pemerintah Amerika harus beranggapan pemerintah Kim Jong-un sebentar lagi bakal memperoleh kemampuan meluncurkan misil nuklir untuk menyerang target Amerika.
Dia menambahkan, Presiden Donald Trump bertekad mencegah Korea Utara membuat terobosan untuk menyempurnakan senjata nuklirnya, baik jika itu terjadi hari ini atau sebulan dari sekarang.
Selain Pompeo, acara ini dihadiri penasihat keamanan nasional Amerika, H.R. McMaster. Keduanya bersepakat Trump saat ini berfokus menggunakan sanksi dan diplomasi untuk memaksa Kim berunding mengenai perlucutan senjata nuklir milik negara komunis itu. Tapi opsi serangan militer tetap disiapkan.
“Kita bukannya tidak punya waktu lagi tapi waktu semakin habis,” kata McMaster. “Presiden telah mengatakan tidak akan menerima pemerintah Korea Utara mengancam Amerika dengan senjata nuklir. Ada orang-orang yang mengatakan ‘terima dan tangkal’. Begini, ‘terima dan tangkal’ tidak bisa diterima.”
Sebaliknya, Deputi Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengatakan pada pekan lalu bahwa rezim Kim Jong-un tidak akan berunding soal senjata misil dan nuklir andalan negara itu, sebelum pemerintah Amerika meninggalkan pendekatannya yang bermusuhan.
SCMP | BUDI RIZA