TEMPO.CO, Yangon - Sebuah hotel kayu jati bersejarah di Ibu Kota Yangon, Myanmar, hangus dilalap si jago merah, menewaskan 1 orang. Kebakaran di hotel yang populer di kalangan wisatawan asing itu terjadi pada Kamis, 19 Oktober 2017, menjelang pagi.
Hotel tepi danau, Kandawgyi Palace Hotel merupakan sebuah bangunan era kolonial, yang dimiliki seorang pengusaha Myanmar yang terkenal karena menghasilkan kekayaan di bawah kekuasaan junta militer.
Baca: Terus Ditekan, Myanmar Bakal Investigasi Kekerasan Atas Rohingya
Seorang saksi di tempat kejadian melihat selembar plastik putih yang menutupi jasad, yang dikeluarkan dari kobaran api oleh petugas. Namun tidak ada konfirmasi segera mengenai korban lebih lanjut.
Baca: Jenderal Ming: Rohingya Bukan Orang Myanmar, tapi Dibawa Inggris
"Kami tidak tahu mengapa api mulai menyala. Kami sedih karena tempat bersejarah dan indah itu hancur total," kata seorang saksi, Kyi Kyi, seperti dilansir Inquirer pada 19 Oktober 2017.
Saksi lain, yang mengenakan baju bertuliskan merek perusahaan Htoo yang mengelola hotel itu, mengatakan: "Ini sangat buruk. Semua sudah hilang sekarang. "
Perusahaan Htoo, yang berbisnis di bidang konstruksi, kayu, resor dan maskapai penerbangan, didirikan Tay Za. Dia adalah seorang konglomerat kontroversial, yang menghasilkan puluhan hingga ratusan miliar rupiah melalui hubungan dekatnya dengan diktator militer Myanmar.
Pada 1930an, hotel itu merupakan bangunan bagi klub dayung tentara Inggris, yang saat itu menjajah Myanmar.
Para tamu di hotel yang hancur telah dipindahkan ke hotel lain di Yangon, kota terbesar di Myanmar.
Myanmar kini sedang berjuang mempromosikan sektor pariwisata untuk mendongkrak pendapatan nasional, semenjak berakhirnya rezim junta militer dan munculnya Aung San Suu Kyii sebagai pemimpin de fakto.
Reputasi Myanmar sebagai salah satu tujuan baru wisata di Asia Tenggara juga rusak oleh kecaman dunia internasional akibat pelanggaran hak asasi manusia tentara Myanmar terhadap warga etnis Rohingya. PBB menyebutnya sebagai pembersihan etnis yang jelas sekali.
INQUIRER | YON DEMA