TEMPO.CO, Jakarta - Rakyat Austria baru saja memilih Kanselir baru seorang pemuda bernama Sebastian Kurz, yang masih berusia 31 tahu dan dikenal anti-imigran.
Jabatannya sebagai Kanselir mengantarkannya kepada rekor pemimpin termuda di dunia saat ini. Namun dibalik prestasinya, dia memiliki kebijakan yang dituding anti imigran dan anti muslim, yang merupakan mayoritas imigran.
Baca: Soal Imigran Gelap, Australia Geram kepada Indonesia
Ini disampaikan Sebastian Kurz secara terbuka terhadap sejumlah kebijakan Italia, yang dituding mendorong imigran ke utara Eropa hingga ke Austria. "Jika Italia mendorong mereka (imigran) ke daratan tidak hanya Eropa Tengah yang akan kewalahan, tapi seluruh penjuru juga akan sama," kata Kurz dilansir oleh media Vox.com.
Baca: Sulawesi Selatan Terbanyak Imigran Ilegal di Indonesia
Kurz malah menekankan peran organisasi bantuan internasional untuk membantu para pengungsi yang teromang-ambing di lautan agar tidak menepi ke daratan Eropa. "Seharusnya hal ini tidak menjadi tiket untuk ke Eropa," kata Kurz.
Saat ini Sebastian Kurz masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Austria. Sebelum mencalonkan diri sebagai Kanselir, dia masih mendukung kehadiran sejumlah pengungsi ke negaranya. Bahkan dia mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan forum Majelis Umum PBB mengenai kebebasan dan penghormatan kepada manusia.
"Kami tumbuh dalam masyarakat di mana hak asasi manusia dihormati, di mana peraturan hukum diberikan, dan di mana kebebasan beragama dipraktekkan," kata Kurz di hadapan Forum PBB.
Menurut seorang dosen dari Universitas Salzburg, Austria, Reinhard Heinisch, perubahan sikap mengenai imigran ini dinilai sebagai stategi politik paling efektif di Uni Eropa saat ini, terutama wwarga Austria yang ketakutan akan isu imigran dan pengungsi. "Kurz menghadapi ketakutan ini dan bermain dengan ketakutan ini," kata Reinhard kepada Washngton Post.
MUHAMMAD IRFAN AL AMIN