TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan jurnalis dari negara-negara di kawasan Asia akan berkumpul dalam konferensi membahas peliputan isu-isu agama. Konferensi bertajuk Reporting Religion in Asia digelar di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, 17-19 Oktober 2017.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dijadwalkan membuka konferensi jurnalis peliput agama. Retno menaruh perhatian pada isu hubungan antar-agama.
Baca: Myanmar Undang Jurnalis ke Rakhine, Ini Temuan Aneh Soal Rohingya
Konferensi jurnalis peliput isu agama diselenggarakan karena prihatin terhadap pemberitaan tentang agama, komunitas agama, dan keyakinan yang justru memicu ketegangan atau konflik berbasis agama di negara-negara Asia.
Penyelenggara konferensi ini adalah The International Association of Religion Journalists (IARJ), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), dan Universitas Multimedia Nusantara. Direktur Pelaksana IARJ Endy M. Bayuni mengatakan lewat konferensi ini jurnalis akan berbagi pengalaman di medianya masing-masing tentang peliputan isu agama.
Endy berharap lewat konferensi ini media massa bisa menawarkan solusi terhadap persoalan-persoalan keagamaan, bukan malah menimbulkan masalah.
Baca: Jurnalis Inggris Simpan Data di Anus Saat Ditawan Milisi di Sudan
“Konferensi ini menjadi ruang untuk menyerukan pengarusutamaan agar agama menjadi isu penting dalam pemberitaan media dengan menyediakan sumberdaya yang memadai, termasuk bagaimana melatih para jurnalisnya,” kata Endy Bayuni melalui siaran pers Serikat Jurnalis untuk Keberagaman, Senin, 16 November 2017.
Endy yang juga Pemimpin Redaksi The Jakarta Post menyebutkan konferensi itu melibatkan sejumlah pemimpin redaksi dan editor senior media-media nasional. Di antaranya BBC, Media Indonesia, Detik, Kompas, Kompas TV, Rappler Indonesia, dan Tempo. Konferensi ini mendorong pemberitaan isu agama masuk dalam kebijakan editorial.
Direktur SEJUK Ahmad Junaidi mengatakan konferensi kali pertama di Indonesia ini jurnalis di negara-negara Asia menghadapi berbagai
tantangan yang sama dalam meliput isu agama, dengan konteks lokal yang beragam. Lewat konferensi ini, jurnalis akan belajar dan mengembangkan praktek-praktek terbaik peliputan isu agama.
Baca: Sembilan Jurnalis Tanzania Buat Berita Palsu Soal Presiden Trump
Indonesia dipilih sebagai tuan rumah konferensi tahun ini karena menjadi contoh baik dalam hal keberagaman. Indonesia punya populasi penduduk yang besar dengan berbagai keragamannya, termasuk agama. Indonesia dianggap mampu mengelola hubungan lintas imam. Meski begitu, masih banyak persoalan dan hambatan yang perlu terus dibenahi.
Selain jurnalis, konferensi ini juga menghadirkan sejumlah kalangan intelektual agama, di antaranya filsuf dan rohaniwan Franz Magnis Suseno. Ada pula akademisi Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi.
SHINTA MAHARANI