TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman terjadinya perang antara Korea utara dan Amerika Serikat diperburuk oleh pernyataan - pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Ini disaksikan langsung oleh Nicholas Kristof, seorang kolumnis veteran New York Times, yang mengunjungi Pyongyang baru-baru ini. Sebelumnya, Kristof pernah datang ke Korea Utara pada 1989 dan 2005.
Baca: Korea Utara Sebut Trump Telah Menyalakan Sumbu Perang!
Kristof melihat barisan parade militer di ibu kota Korea Utara itu hampir setiap hari. Pasukan Korea Utara ini melewati papan reklame yang menampilkan rudal menyerang Gedung Capitol Hill, yang merupakan gedung perwakilan rakyat AS.
“Ada atmosfer ancaman di udara. Ada papan-papan reklame yang menunjukkan kehancuran AS. Ada banyak retorika yang menyebut AS sebagai musuh,” kata Kristof seperti dikutip media Business Insider, Kamis, 12 Oktober 2017.
Baca: Memanas! Pasukan Khusus Korea Utara Incar Militer AS dan Korsel
“Saya merasa ada bahaya nyata perang dan bencana besar yang bakal ditimbulkan. Kedua pihak bisa saja salah kalkulasi sehingga perang bisa terjadi.”
Mengenai pernyataan yang diucapkan Trump, seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri, Choe Kang-il, mengatakan Trump adalah “seorang penjahat” dan “pria menyedihkan bermulut besar”.
Sebelumnya, melaui akun twitter pribadinya, Trump mengatakan hanya ada satu cara untuk mengatasi Korea Utara. Namun tidak ada keterangan lebih lanjut terkait hal tersebut.
"Para Presiden dan pejabat pemerintahnya telah berbicara dengan Korea Utara selama 25 tahun... Namun hanya ada satu cara yang akan berhasil!" cuit Trump pada Sabtu, 7 Oktober 2017 lewat akun twitternya.
Selain itu, Choe juga menerangkan kematian Otto Warmbier, seorang mahasiswa asal Amerika Serikat yang menjadi tahanan di Korea Utara, bukan kesalahan rezim komunis itu.
"Pemerintah Amerika Serikat atau orang - orang dengan kepentingan tertentu sengaja membiarkannya mati," ucap Choe. "Ini pasti digunakan untuk menyebarkan anti - komunis di Amerika."
Selain papan iklan di jalan, Korea Utara memberikan pesan propaganda kepada penduduknya melalui Museum Perang Korea terbaru. Dalam museum itu, pemerintah menunjukkan bagaimana Amerika menggunakan senjata biologi dalam peperangan dan melakukan kekerasan yang lebih kejam dibandingkan Hitler.
Kristof juga menyatakan rezim Korea Utara selalu total melakukan propaganda, namun level permusuhan dengan Amerika Serikat dan intensitas penayangannya kali ini juga berbeda. Dia merasa ada ancaman yang sangat besar dari Korea Utara terhadap Amerika Serikat.
BUSINESS INSIDER l KISTIN SEPTIYANI