TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini Hamas dan Fatah resmi melakukan rekonsiliasi Palestina guna mencapai kesepakatan damai setelah sekitar sebelas tahun keduanya sempat berseteru. Kedua partai ini memiliki basis pergerakan di wilayah yang berbeda, Hamas di Gaza sedangkan Fatah di Yerussalem.
Baca: Perempuan Palestina-Israel Gandeng Tangan Gelar Aksi Damai
Berikut adalah sejarah perjalanan konflik antara Fatah dan Hamas yang dimulai 2006:
25 Januari 2006: Hamas mengalahkan Fatah dalam Pemilu di Parlemen.
Maret: Hamas yang memenangkan Pemilu melantik Ismail Haniyeh sebagai Presiden Palestina, namun hal ini dianulir oleh Fatah yang juga didukung oleh para penyokongnya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Bahkan mereka menyebut Hamas sebagai teroris.
Baca: Rekonsiliasi Palestina, Fatah dan Hamas Sepakati Ini
September: Abbas dan Haniyeh mengumumkan akan membentuk kabinet persatuan, namun pembentukan itu gagal ketika Hamas menolak kesepakatan Fatah untuk hidup berdampingan dengan Israel.
Oktober: Sejumlah konferensi diadakan bahkan Mesir dan Qatar mengirimkan delegasinya untuk menengahi kedua kubu itu.
Desember: Abbas menyebutkan perlu adanya Pemilu ulang sebagai usaha perdamaian antar dua kubu.
Februari 2007: Terjadi adu senjata diantara dua kubu di Jalur Gaza, hingga keduanya sepakat untuk mengadakan kesepakatan di Mekkah. Dalam kesepakatan itu Haniyeh dinyatakan turun dari jabatan Presiden terpilih dan Abbas secara otomatis menduduki kursi Presiden.
Maret: Pemerintah Palestina di bawah Mahmoud Abbas mulai menyiapkan kabinet kekuasaan, namun Hamas tak bergeming dan tetap melanjutkan aksi tembakan rudal roket kepada Israel.
Juni: Pertempuran di Gaza memanas, dan Hamas mengambil alih kekuasaan di wilayah Jalur Gaza. 100 warga Palestina dikabarkan tewas akibat kejadian ini. Abbas mulai mendeklarasikan situasi negara dalam kondisi darurat.
November: Presiden Amerika Serikat, George Bush memberikan ruang diskusi bagi Israel dan Palestina. Di waktu bersamaan Hamas masih menguasai Jalur Gaza.
Januari 2008: Israel melakukan serangan Gaza baik melalui darat maupun udara hingga menewaskan 7 warga Palestina. Selain itu Israel juga memutus jalur kebutuhan bagi warga yang ada di Jalur Gaza.
Desember 2008: Israel melakukan operasi besar-besaran dalam rangka menghabisi seluruh pemberontak Hamas. Dalam peristiwa ini dikabarkan 1400 warga sipil tewas. Setelah 22 hari penyerangan Hamas dan Israel resmi melakukan gencatan senjata.
Januari 2009: Masa Jabatan Abbas telah habis, namun masa tersebut diperpanjang hingga terbentuknya pemerintahan yang baru.
Februari 2009: Mesir mendesak Fatah dan Hamas untuk mengadakan rekonsiliasi untuk membentuk pemerintahan yang baru.
September 2010: Negosiasi antara Palestina dan Israel, pasca penyerangan oleh militer Israel di Tepi Barat.
12 Oktober 2017: Hamas dan Fatah resmi melakukan rekonsiliasi yang dimediasi Pemerintah Mesir di Kairo.
Setelah rekonsiliasi terbentuk secara resmi Hamas mengakui kepemimpinan Mahmud Abbas dari fraksi Fatah untuk terbentuknya negara bersatu Palestina.
Muhammad Irfan Al Amin