TEMPO.CO, Pyonyang - Perang kata-kata antara Korea Utara dan Amerika Serikat meningkat ke tahapan tertinggi. Ini setelah rezim Korea Utara menuding Donald Trump menyalakan "sumbu perang".
Pernyataan itu dilontarkan Menteri Luar Negeri Korea Utara untuk menegaskan bahwa Pyongyang menolak negosiasi dalam bentuk apa pun mengenai program pengembangan nuklirnya.
Baca: Rudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara
Menlu Ri Yong-ho mengatakan program nuklir negaranya menjamin perdamaian dan keamanan di wilayah itu dan tidak akan menjadi hal untuk diperdebatkan.
Baca: 5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara
"Dengan pernyataannya yang berani dan gila di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Trump bisa disebut telah menyalakan sumbu perang melawan kami," kata Ri, seperti yang dilansir Telegraph pada Kamis, 12 oktober 2017.
Ri kemudian menegaskan sudah saatnya kedua negara mengakiri perang kata-kata dan segera menggantinya dengan ‘hujan api’.
"Kita perlu menyelesaikannya dengan hujan api, bukan kata-kata," kata Ri.
Ri merujuk pada pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump di PBB pada 19 September 2017. Saat itu Trump mengancam akan menghancurkan Korea Utara secara total. Trump juga melabeli pemimpin negara komunis itu, Kim Jong Un, sebagai Manusia Roket.
Ri, yang menyebut Trump "gila mental" setelah pidato PBB, mengatakan Korea Utara akan menang dan menjadi penyeimbang yang layak untuk AS.
Pernyataan terbaru Ri itu disampaikan melalui kantor berita Rusia, TASS. Dia juga mengatakan Korea Utara tidak akan pernah menyetujui setiap pembicaraan di mana senjata nuklir kita akan menjadi subyek perundingan.
Hal itu seakan mempertegas kata-kata Trump yang mengatakan pembicaraan damai dengan Korea Utara hanya buang-buang waktu.
Ketegangan antara Korea Utara dan Amerika Serikat telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena program senjata nuklir dan rudal balistik Pyongyang.
Korea Utara telah menguji beberapa rudal dan melakukan uji bom hidrogen yang bertujuan untuk mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir yang mampu mencapai daratan Amerika Serikat.
TELEGRAPH | CNN | YON DEMA