TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rodrigo Duterte telah memerintahkan polisi dan tentara untuk menghentikan operasi pemberantasan kejahatan narkoba.
Kantor kepresidenan Filipina pada Rabu, 11 Oktober 2017 mengumumkan bahwa polisi, militer dan agen lainnya telah diperintahkan untuk menghentikan operasi terkait pemberantasan narkoba yang dikampanyekan Duterte sejak 2016.
Baca: Ribuan Warga Filipina Memprotes Perang Narkoba Duterte
Hanya Philippine Drug Enforcement Agency (PDEA) yang akan diberi izin dalam semua kampanye dan operasi anti peredaran obat-obatan terlarang atau narkoba.
Dalam memorandum bertanggal 10 Oktober, Duterte memerintahkan Kepolisian Nasional Filipina, Biro Investigasi Nasional, Angkatan Bersenjata Filipina, Biro Bea Cukai, Kantor Pos Filipina dan ad hoc gugus tugas anti-narkoba lainnya untuk menyerahkan pelaksanaan perang narkoba ke PDEA.
Seperti yang dilansir Guuardian pada 12 Oktober 2017, meskipun tidak menyampaikan alasan, diduga keputusan itu diambil karena polisi dianggap bertanggung jawab atas sebagian besar penangkapan dan pembunuhan terduga pengedar narkoba di luar hukum.
Lebih dari 3.900 tersangka narkoba tewas ditembak dalam sebuah insiden yang oleh polisi diduga membela diri dari penjahat bersenjata.
Baca: Duterte Janjikan Rp 528 Juta bagi Pembunuh Polisi Beking Narkoba
Meskipun mengesampingkan polisi dari perang narkoba, Duterte tetap mengarahkan polisi untuk mempertahankan visibilitasnya setiap saat sebagai pencegahan terhadap aktivitas obat-obatan terlarang.
Ini adalah kedua kalinya pemimpin tersebut memutuskan bahwa hanya PDEA yang harus memimpin perang obat terlarang. Dia menghentikan operasi anti-narkoba polisi pada akhir Januari, untuk membersihkan korup, namun membatalkan keputusan 5 minggu kemudian.
Perintah terbaru dikeluarkan Rodrigo Duterte hanya beberapa hari setelah hasil survei terbaru tentang kepuasan kinerjanya mengalami penurunan terbesar sejak menjadi presiden. Di antara kejadian dalam berita saat survei dilakukan adalah kematian anak di bawah umur di tangan polisi Kota Caloocan yang memicu demonstrasi jalanan yang langka.
INQUIRER|PHIL STAR|GUARDIAN|YON DEMA