Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

2 Pesawat Pengebom Amerika Terbang di Atas Semenanjung Korea

image-gnews
Pesawat Lancer B-1B Lancer Angkatan Udara AS menjatuhkan sebuah bom di lokasi tembak-menembak di Provinsi Gangwon, sebelah timur Seoul, selama latihan militer bersama, 18 September 2017.AS menerbangkan empat jet tempur siluman dan dua pembom di semenanjun
Pesawat Lancer B-1B Lancer Angkatan Udara AS menjatuhkan sebuah bom di lokasi tembak-menembak di Provinsi Gangwon, sebelah timur Seoul, selama latihan militer bersama, 18 September 2017.AS menerbangkan empat jet tempur siluman dan dua pembom di semenanjun
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak dua pesawat pengebom Amerika Serikat, Air Force B-1B Lancer, terbang di atas Semenanjung Korea dalam sebuah demonstrasi latihan perang gabungan Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang kemarin malam.

"Dua pengebom B-1B didampingi dua pejuang F-15K dari militer Korea Selatan setelah meninggalkan markasnya di Guam," kata Kepala Staf Gabungan Selatan pada Rabu, 11 Oktober 2017.

Baca: Memanas! Pasukan Khusus Korea Utara Incar Militer AS dan Korsel

Dalam sebuah pernyataan terpisah, militer Amerika menjelaskan jet tempur Jepang juga ikut dalam latihan perang, sehingga menjadikannya latihan gabungan malam pertama pesawat pengebom Amerika Serikat dengan jet tempur dari Jepang dan Korea Selatan.

Jet-jet tempur dari Skuadron Ekspedisi ke-37 itu diterbangkan dari Pangkalan Angkatan Udara Andersen, Guam, pada Selasa malam, 10 Oktober 2017. Penerbangan itu dilakukan dalam misi bilateral bersama dengan jet Angkatan Udara Jepang dan Korea Selatan.

Setelah memasuki wilayah udara Korea Selatan, dua pesawat pengebom tersebut melakukan latihan penembakan rudal darat ke darat di perairan lepas pantai timur Korea Selatan, kemudian terbang melintasi Selatan ke perairan yang berbatasan dengan Cina.

Militer Korea Selatan menyatakan ini adalah bagian dari latihan rutin untuk memperkuat pertahanan militer dan menampilkan aliansi antara Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Korea Utara Ungkap Niat CIA Bunuh Kim Jong Un Pakai Racun

"Terbang dan berlatih pada malam hari bersama sekutu kami dengan cara yang aman serta efektif merupakan kemampuan penting yang bisa dilakukan antara Amerika Serikat, Jepang, dan Republik Korea serta meningkatkan kecakapan taktis penerbang masing-masing negara," kata Kepala Staf Angkatan Udara Amerika Mayor Patrick Applegate.

"Ini adalah demonstrasi yang jelas tentang kemampuan kami untuk melakukan operasi tanpa batas dengan semua sekutu kami kapan saja, di mana saja," ujarnya, seperti dilansir Reuters pada 11 Oktober 2017.

Latihan itu dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa Korea Utara akan kembali melakukan uji coba nuklir dan rudal terbarunya. Korea Utara telah meluncurkan dua rudal di atas Jepang serta melakukan uji coba nuklir keenam dan terbesar dalam beberapa pekan terakhir. Negara itu menentang sanksi PBB karena ini mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir yang mampu memukul wilayah Amerika Serikat.

REUTERS | YON DEMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran