TEMPO.CO, Lilongwe - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menarik staf dari dua distrik di Malawi selatan setelah munculnya ketakutan akan vampir memicu kekerasan massa. Lima orang telah terbunuh akibat keresahan massal ini.
Kepercayaan akan ilmu sihir tersebar luas di pedesaan Malawi, salah satu negara termiskin di dunia dan lokasi dengan banyak lembaga bantuan dan LSM bekerja. Serentetan kekerasan main hakim sendiri terkait dengan rumor vampir juga pernah meletus di Malawi pada tahun 2002.
Baca: PBB Masukkan Arab Saudi Daftar Hitam Pembunuh Anak di Yaman
"Wilayah-wilayah ini sangat terpengaruh oleh cerita tentang pengisapan darah dan kemungkinan adanya vampir," demikian pernyataan Departemen Keamanan dan Keamanan PBB (UNDSS) dalam sebuah laporan keamanan di distrik Phalombe dan Mulanje.
Koordinator residen PBB, Florence Rolle, mengatakan beberapa staf PBB telah dipindahkan. Sementara yang lain masih berada di distrik-distrik tergantung pada lokasi operasi mereka.
Baca:
Myanmar Janji Palsu ke PBB dan Media, Begini Kisahnya
Laporan UNDSS mengatakan setidaknya 5 orang telah terbunuh di daerah itu sejak pertengahan September oleh massa yang menuduh para korban sebagai vampir. Dikatakan bahwa massa yang mencari vampir telah memasang penghalang jalan di distrik tersebut, meningkatkan masalah keamanan.
Presiden Malawi, Peter Mutharika, mengatakan laporan itu menyedihkan dan merugikan.
"Perkembangan ini sangat memprihatinkan Presiden dan seluruh pemerintahan," demikian pernyataan kantor presiden.
Laporan UNDSS mengatakan rumor vampir tampaknya berasal dari negara tetangga Mozambik, meskipun tidak jelas apa yang telah memicunya. Bahkan ada wartawan yang ditangkap karena wawancara dengan korban vampir.
Dikatakan beberapa LSM telah menarik personil dari distrik itu dan untuk sementara menangguhkan program mereka. Namun media tidak menyebutkan nama organisasi yang dimaksud. PBB kerap menjalin kerja sama dengan LSM kredibel dalam pelayanan sosialnya.
GUARDIAN | DAILY MAIL | YON DEMA