TEMPO.CO, Barcelona – Kelompok propersatuan di Catalonia akhirnya melakukan unjuk kekuatan dengan menggelar aksi unjuk rasa di kota Barcelona menolak rencana kemerdekaan dari Spanyol.
Jumlahnya, menurut polisi Spanyol, diperkirakan mencapai sekitar 350 ribu orang sementara kelompok penyelenggara unjuk rasa, Societat Civil Catalana, mengklaim jumlahnya mencapai 930 ribu orang.
Baca: Hasil Referendum: Catalonia Merdeka dari Spanyol
Mereka mendukung upaya agar Catalonia, yang terletak di bagian timur laut Spanyol, tetap menjadi bagian dari Spanyol.
“Jangan mau dibodohi, Catalonia adalah Spanyol,” kata para pengunjuk rasa sambil berteriak. Mereka juga meminta Presiden Catalonia, Carles Puigdemont, dipenjara karena menggelar referendum ilegal pada pekan lalu.
Baca: PM Spanyol Bersumpah Cegah Catalonia Merdeka
Masyarakat yang tinggal di rumah ikut mendukung unjuk rasa ini dengan naik ke atap rumah atau beranda di lantai dua sambil mengibarkan bendera Spanyol.
Bendera Spanyol yang berwarna merah dan kuning telah lama jarang dikibarkan di Catalonia. Ini karena ada asumsi bahwa bendera itu diasosiasikan dengan para pendukung diktator Jenderal Francisco Franco.
Namun pada Ahad kemarin, 8 Oktober 2017, bendera Spanyol, Catalan dan bendera Uni Eropa berkibar bersamaan. “Unjuk rasa ini berlangsung dengan damai dan semarak,” begitu tulis Time, Senin, 9 Oktober 2017.
Aksi unjuk rasa ini digelar ditengah-tengah upaya kelompok separatis untuk mengumumkan kemerdekaan pada Selasa pekan ini. Carles Puigdemont bakal melaporkan hasil referendum kepada parlemen dan dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi kemerdekaan.
Referendum yang digelar pada 1 Oktober lalu dimenangkan kelompok pendukung kemerdekaan dengan 92 persen suara dan delapan persen menolak. Namun hanya 43 persen dari total 5,3 juta pemilik suara yang mengikuti referendum ini.
Polisi nasional Spanyol sempat berupaya menghentikan referendum ini dengan menyita perlatan pemungutan suara dari sekitar 90 lokasi dari total sekitar 2300 lokasi pemungutan suara yang ada.
TIME